Kamis, 26 September 2013

Kisah luar biasa kakak dan sikampongku Ahmad Amiruddin, semoga saya bisa seperti dia

I am Indonesian

Dulu, dulu banget, ada yang pernah bilang ke saya, “ Indonesia itu tidak dikenal di Luar Negeri, yang ditahu orang luar itu Bali, bahkan ada yang tidak tahu bahwa Bali itu di Indonesia”
Saya yang tak punya kesempatan ketemu dengan orang luar negeri di negeri mereka tak bisa mengkonfirmasi hal tersebut. Saya merasa heran, kenapa ada orang yang tak tahu Indonesia. Ini Indonesia Bos, dari Sabang sampai Merauke itu kelihatan banget di Peta. Okelah, memang dipeta orang Indonesia, Indonesia ada di tengah-tengah peta dan di peta Negara lain semacam eropa Indonesia ada di pinggir-pinggir. Tapi, Indonesia itu panjang loh, perjalanan dari Sabang ke Merauke hanya beda sedikit lamanya dengan penerbangan dari Dubai ke Glasgow, padahal itu sudah melewati India, Turki, daratan eropa barat dan Inggris sendiri.
Karenanya begitu saya memperkenalkan diri dengan teman-teman dari 18 arah mata angin, saya selalu bertanya, apakah mereka tahu Indonesia. Okelah tak usah tanya si Quyyum dari Malaysia, si Saad keturunan Palestin, atau si Badar dari Saudi Arabia, atau si Joanna dan kawan-kawannya dari China, atau si Thailand berwajah China, mereka sudah pasti tahu Indonesia.
Sandya, gadis prancis keturunan Iran tahu Indonesia. Teman dari Mexico tahu Jakarta, teman-teman keturunan Alexander the great dari Greece semua tahu Indonesia, si Kazakztan juga ngerti Indonesia, si Scottish yang pemalu, si Irish yang ramah, si Chili yang panjang kumisnya semua tahu Indonesia. Semua yang saya tanya tahu Indonesia.
Ya, mungkin karena mereka cukup berpendidikan dan malu kalau dibilang pelajaran geografinya jelek. Tapi itu menunjukkan satu hal, pada dasarnya Indonesia itu dikenal di dunia internasional. Beda kalau saya tanya tentang Makassar, Sulawesi atau Kadidi kampong halaman saya, tak ada yang tahu, tapi hampir semuanya tahu Jakarta dan Bali. Bahkan Sandya pernah ke Indonesia dan punya sepupu orang Indonesia.
Indonesia juga terkenal di University of Edinburgh bahkan disebut dalam dua slide presentasi Professor bahasa pada saat Induction Week mahasiswa Post Graduate yang jumlahnya mungkin 300 orang saat itu diruangan.
IMG_20130910_163925
New College
IMG_20130910_135559
Suasana Hall
Di Hall A, New College, salah satu gedung berarsitektur indah nan cantik dari University of Edinburgh, Professor memaparkan tentang kultur perkuliahan di UoE. Beliau memberi contoh, ada mahasiswa yang selalu bertanya di kelas, bahkan pertanyaan yang bodoh sekalipun, ada mahasiswa yang selalu duduk didepan dan mencatat setiap ucapan dosennya, tapi yang membuat dia paling berkesan adalah mahasiswa Indonesia yang pernah dia ajar.
Dalam sebuah kelas yang berisi orang Indonesia semua, salah satu yang tertua menjadi semacam juru bicaranya. Dan inilah dialog sang professor :
IMG_20130910_141920
Professor Linch bercerita tentang Mahasiswa Indonesia-nya
IMG_20130910_141914
Slide 1
Saya tersenyum melihat slide ini, Indonesia banget, dan “gue banget nih”. Di ruangan tersebut mungkin tak banyak orang Indonesia, setahu saya selain saya ada lagi satu orang yang duduk agak berjauhan, diapun tersenyum melihat slide tersebut.
Tapi ternyata, masih ada satu slide lagi, dan ini jawabannya:
IMG_20130910_142003
Jawaban Cerdas :)
Seisi ruanganpun tersenyum dengan jawaban tersebut, saya sekali lagi bilang, waah Indonesia banget nih, gue banget :) .
Saya awalnya berpikir hanya saya yang tidak akan banyak bertanya di kelas, meskipun keinginan sebenarnya menggebu-gebu. Dalam 3 minggu terakhir ini dari 8 orang China di kelas tak satupun yang bertanya atau menjawab pertanyaan dosen, saya tahu penyebabnya, ini kendala bahasa. Kalau saya sih masih menjawab sekali-sekali atau bertanya sekali-sekali. Tapi sisi positif dari budaya yang berkembang disini adalah, mereka tak akan menertawakan kemampuan berbahasa inggris kita, mereka menunggu dengan sabar satu persatu kalimat itu meluncur dari mulut kita, dan meminta dengan sopan untuk diulangi kalau mereka kurang jelas. Dan saya dalam satu atau dua kali kesempatan membuat kelas terpaksa freeze, saya seperti menghentikan waktu, saya berusaha mencari padanan kata tertentu dalam bahasa inggris, tapi lama baru ketemu, saya menengok mencari teman malaysia dia tak menghadap saya, untunglah teman sekelas dan dosen mau bersabar. Mereka mengerti bahwa bahasa Inggris itu bukan bahasa ibu saya. Ini kan bahasa inggris bos, bukan bahasa Indonesia, jadi wajar kalau saya agak tersendat :) . Seandainya kuliahnya dalam bahasa bugis mungkin dosennya yang bakal bosan mendengar saya bicara. hehehe.
Saya dari Indonesia, masih ada yang belum kenal Indonesia? Gak Gaul deh Loe…:)
King’s Building
Edinburgh
25/09/13
IMG_20130919_100517
Salam dari King’s Buildings Edinburgh

Jumat, 13 September 2013

Fisiologi Ternak DARAH




PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Darah merupakan cairan tubuh pada suatu jaringan yang beredar dalam sistem pembuluh darah. Darah ikut serta dalam setiap fungsi utama dari badan, didalam setiap organ dan dalam setiap jaringan Selanjutnya dijelaskan bahwa fungsi utama darah adalah mengangkut zat-zat makanan dan oksigen ke segala macam bagian tubuh, sebagai sarana dimana sisa hasil metabolisme tubuh diangkut dan dibuang, mengangkut hormon-hormon dari kelenjar endokrin dan bahan-bahan entermedier dari satu tempat ke tempat lain.
Sifat-sifat darah bervariasi, darah memiliki kemampuan untuk mengkerut (krenasi) jika bereaksi dengan larutan hipertonis, namun sebaliknya darah akan mengalami pemecahan  (hemolisa) jika bereaksi dengan  larutan  hipotonis. 
Secara umum golongan darah manusia diletakkan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darah manusia diantaranya yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Pada manusia pengetahuan golongan darah memudahkan penggunaan darah dalam transfusi darah. Oleh karena jumlahnya yang banyak dari golongan darah, maka jumlah kombinasinya sangat besar. Hal inilah yang melatarbelakangi dilaksanakannya praktikum  Darah II (Hemolisa,. Krenasi, dan  Darah V (Golongan  Darah dan Tekanan Darah).

Tujuan dan Kegunaan
.A.  Tekanan Darah
            Tujuan dari praktikum Tekanan Darah adalah untuk mengetahui proses atau cara perhitungan tekanan darah pada manusia baik sistole maupun distole.
            Kegunaan dari praktikum Tekanan Darah adalah untuk membandingkan tekanan darah pria dan wanita serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B.  Penggolongan Darah
            Tujuan dari praktikum Penggolongan Darah adalah untuk mengetahui golongan darah pada manusia berdasarkan ada tidaknya aglutinogen dan aglutinin dalam darah.
            Kegunaan dari praktikum Penggolongan Darah adalah untuk mengetahui penentuan golongan darah pada manusia berdasarkan sistem ABO.
C. Hemolisa dan Krenasi
      Tujuan dari praktikum Hemolisa dan Krenasi adalah untuk mengetahui pengaruh larutan hipotonis, isotonis dan hipertonis terhadap terjadinya hemolisa dan krenasi pada sel darah merah.

TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tekanan Darah
Presistole adalah waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permulaan kontraksi ventrikel. Diastole adalah periode dimana atrium atrium dan ventrikel berada dalam keadaan istirahat sedangkan sistole yaitu urutan awal kontraksi ventrikel. Presistole adalah waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permulaan kontraksi ventrikel. Diastole adalah periode dimana atrium atrium dan ventrikel berada dalam keadaan istirahat. Sistole yaitu urutan awal kontraksi ventrikel. (Sonjaya, 2010).    
            Tingkat rendahnya tekanan darah tergantung pada kondisi seseorang dan dipengaruhi pula oleh berbagai macam faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Adapun tekanan darah normal yaitu sebesar 120/80.  Lanjut dikatakan bahwa tekanan darah dapat turun dengan cepat bila terjadi pendarahan atau kehilangan darah. Kekurangan zat makanan juga menyebabkan tekanan darah rendah. (Frandson, 1992).
            Adapun cara pengukuran tekanan darah dapat diukur melalui alat spygnomanometer dan stetoskop. Pada manusia tekanan darah dapat ditentukan dengan menggunakan alat spygnomanometer. Hal ini dilakukan dengan cara mendengarkan arteri pada arah distal dari caff yang dikembangkan. (Frandson, 1992).

B. Golongan Darah
1. Golongan Darah Menurut Sistem ABO
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah merah. Dua jenis penggolongandarah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (factor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang btidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfuse imunologis yang berakibat anemia, hemolisis, gagal ginjal, syok dan kematian (Anonima, 2011).
Pada permulaan abad ini (tahun 1990 dan 1901), K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorangdicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan darah yaitu A, B, dan O. Golongan yang keempat jarang sekali dijumpai yaitu golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua mahasiswa Landsteiner dalam tahun 1902, yaitu A.V.Von Decastello dan A. Sterli. Dikatakan bahwa antigen atau aglutinogen yang dibawah oleh eritrosit orang tertentu dapat mengadakan reaksi dengan zat anti atau antibody atau agglutinin yang dibawah oleh serum darah. Dikenal dua macam antigen yaitu antigen A dan antigen B. Sedangkan zat antinya dibedakan atas anti A dan anti B. Orang yang memiliki antigen A tidak memiliki anti A, dimasukkan kedalam golongan darah A. Orang yang tidak memiliki antigen A maupun antigen B, tetapi memiliki anti A dan anti B di dalam plasma dimasukkan dalam darah O. Untuk menghindari jangan sampai terjadi penggumpalan darah sebelum dilakukan transfuse darah, baik si pemberi dan penerima diperiksa (Suryo, 1995).
Pada membran sel darah menjadi merah terdapat berbagai antigenyang disebut agglutinogen. Sampai sekarang telah diketahui lebih dari 300 jenis antigen yang terdapat pada permukaan membran sel darah merah. Yang paling penting untuk diketahui adalah aglutinogen A dan aglutinogen B, serta factor Rhesus atau Rh. Aglutinogen A dan B juga terdapat pada kelenjar saliva, pancreas, ginjal, hati, sperma dan cairan amnion. Aglutinogen ini ditemukan secara genetic dan hal ini akan menentukan jenis golongan darah seseorang
Golongan darah dan Genotipnya
Golongan Darah
Genotip
Aglutinogen
Aglutinin
O
OO
-
Anti-A dan anti B
A
AA atau OA
A
Anti-B
B
BB atau OB
B
Anti-A
AB
AB
A dan B
-
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seseorang dengan golongan darah O tidak membentuk aglutinogen, sedangkan golongan darah B mempunyai 2 jenis aglutinogen. Jadi dasar penggolongan darah menurut system ABO tergantung dari ada tidaknya aglutinogen A atau B. Didalam plasma darah terdapat antibodi yang merupakan gama globulin, disebut agglutinin ini akan menyerang aglutinogen baik secara alamiah maupun terjadi akibat transfuse darah dari golongan darah yang tidak sama. Bila hal tersebut terjadi, akan terjadi proses egglutinasi atau penggumpalan darah. Aglutinasi akan menyebabkan sel darah akan menyumbat kapiler diseluruh tubuh, dan sesudah beberapa waktu sel akan membengkak dan mengalami rupture, dan melepaskan Hb ke dalam sirkulasi. Reaksi ini disebut reaksi hemolisis (Yusuf, 1995).
2. Golongan Darah Rhesus (Rh)
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan factor Rhesus atau factor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki factor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki factor Rh dipermukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rhesus atau Rh-, mereka yang memiliki factor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki factor Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan darah ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai meskipun pada daerah tertentu golongan darah A lebih dominant, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B (Anonima, 2011).
Di samping antigen dan system ABO, antigen dari system Rh mempunyai anti klinis yang sangat penting. Faktor Rh yang dinamai sesuai dengan nama monyet rhesus karena antigen ini pertama kali diteliti dengan menggunakan darah binatang ini adalah suatu sistem yang terutamanya mengandung atau tersusun dari C, D, E. Meskipun sebenarnya mengandung banyak lagi. Tidak seperti antigen ABO, sistem ini belum pernah dideteksi di jaringan selain sel darah meraj. Lokus golongan darah Rh tersusun atas dua molekul yang terkait antibodi Rh jarang timbul secara alamiah. Sebagian besar bersifat imun, antibodi tgersebut sebagian dahasilkan dari transfusi atau kehamilan sebelumnya. Anti D bertanggung jawab untuk sebagian besar masalah subyek secara sederhana menjadi Rh-D positif dan Rh negatif (Ganon, 2004).
3. Sisten Golongan Darah Lain
Sistem golongan darah lain memiliki lebih sedikit kepentingan klinis. Walaupun antibodi alamiah sistem P.lewis dan MN lazim dijumpai, antibodi tersebut biasanya hanya bereaksi pada suhu rendah sehingga tidak dapat menimbulkan masalah klinis. Antibodi imun terhadap antigen sistem-sistem tersebut jarang terdeteksi. Walaupun secara immunogenik sebanding lebih jarang ditemukan sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi isomunisasi kecuali pada pasien yang mendapat transfusi multipel (Watson, 2002).








C.Hemolisa dan Krenasi
            Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll (Anonimb, 2011).
Hemolisa merupakan pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin besar di dalam medium dapat bebas dan berada di sekelilingnya. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis, hipertonis ke dalam aliran darah. Penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan akan menyebabkan rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-lain. Apabila medium disekitar wajah atau permukaan eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl), maka medium tersebut akan masuk kedalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermeabel dan dapat berakibat sel eritrosit mengembang. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel itu akan pecah dan akibatnya hemoglobin akan bebas melalui sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit akan menuju keluar eritrosit, akibatnya eritrosit akan keriput atau krenasi. Keriput ini dapat dikembalikkan dengan cara menambahkan cairan isotonis (Anonimb, 2011).
Bila sel dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis, oleh karena tidak terjadi perubahan osmosis, yang terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel. Larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5% merupakan contoh larutan isotonis.
Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat diinfuskan kedalam darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan intrasel ( Siregar, 1995).
Terjadinya hemolisis disebabkan oleh pecahnya dinding eritrosit sebagai akibat dari menurunnya tekanan osmotik plasma darah. Hal ini akan menyebabkan masuknya air ke dalam sel darah secara osmosis melalui dinding yang semipermeabel sehingga sel darah merah akan membengkak. Keadaan ini menyebabkan peregangan dinding eritrosit yang akhirnya akan menyebabkan pecahnya dinding eritrosit dan hemoglobin larut dalam media sekelilingnya (Putra, 2009).
Ada dua faktor utama dan mendasar yang memegang peranan penting untuk terjadinya hemolisa yaitu (Koesoema, 2009) :
  1. Faktor Instrinsik (Intra Korpuskuler).
Biasanya merupakan kelainan bawaan, diantaranya yaitu : a) Kelainan membrane, b) Kelainan molekul hemoglobin, c) Kelainan salah satu enzym yang berperan dalam metabolisme sel eritrosit. Sebagai contoh: bila darah yang sesuai ditransfusikan pada pasien dengan kelainan intra korpuskuler maka sel eritrosi tersebut akan hidup secara normal, sebaliknya bila sel eritrosit dengan kelainan dengan kelainan intra korpuskuler tersebut ditransfusikan pada orang normal, maka sekeritrosit tersebut akan mudah hancur atau lisis.
  1. Kelainan Faktor Ekstrinsik (Ekstra Korpuskuler) 
Biasanya merupakan kelainan yang didapat (aquaired) dan selalu disebabkan oleh faktor immune dan non immune, bila eritrosit normal di transfusikan pada pasien ini, maka penghancuran sel eritrosit tersebut menjadi lebih cepat ,sebaliknya bila eritrosit pasien dengan kelainan ekstra korpuskuler di transfusikan pada orang normal maka sel eritrosit akan secara normal. 
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi krenasi berasal dari bahasa yunani yakni “Crenatus”. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan disekitar luar sel. Osmosis menyebabkan pergerakan air keluar dari sel yang dapat menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya, sebagai akibat sel mengecil atau mengkerut (Anonimb, 2011).
Krenasi merupakan proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan hipotonis dan hipertonis. Faktor penyebab krenasi yaitu adanya peristiwa osmosis yang menyebabkan adanya pergerakan air dalam sel sehingga ukuran sel menjadi berkurang atau mengecil. Proses yang sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu plasmolisis dimana sel tumbuhan juga mengecil karena dimasukkan dalam larutan hipertonik. Krenasi ini dapat dikembalikkan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (Watson, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi krenasi adalah (Anonimc, 2011) :
1.      Faktor lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel),
2.      osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.















METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar Darah II dan V mengenai Hemolisa dan Krenasi, Golongan Darah dab Tekanan Darah dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Maret 2011, pukul 14.00 sampai selesai, di Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada Praktikum Darah II dan V adalah mikroskop, lancet, glas obyek, cover glas, gelas arloji, tabung reaksi dan raknya, pipet tetes dan stopwatch.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Darah II dan V adalah sampel darah yang telah ditambah antikoagulan (Na-Citrat 3,8 %), larutan NaCl 0,9 %, 5 %, dan 3 %, serum anti A, serum anti B, serum anti D, aquades, alkohol, kapas, darah manusia, 
Metode Praktikum
A.    Tekanan Darah
Tekanan darah arteri brachialis pada berbagai macam sikap
- Berbaring terlentang
Menyuruh orang percobaan terlentang 10 menit, dan memasang manset di lengannya. Mencatat  tekanan darahnya.
- Duduk
Menyuruh orang percobaan yang sama duduk dengan tenang selama 3 menit. Mencatat tekanan darahnya.
- Berdiri
Orang percobaan berdiri tenang 2-3 menit. Mencatat tekanan darahnya.
Tekanan darah arteri brachialis pada berbagai macam kerja
- Kerja otak
Menyuruh orang yang sama memecahkan satu soal hitungan yang agak sulit. Menghitung tekanan darahnya.
- Kerja otot
Menyuruh pada orang yang sama melakukan kerja otot selma 1 menit. Mencatat tekanan darahnya.
B.  Penggolongan Darah
Dua buah objek glass yang bersih dan kering masing-masing ditetesi satu tetes darah. Selanjutnya objek glass pertama ditetesi serum anti A, sedang yang lainnya dengan serum anti B. Mengaduk dengan hati-hati, sehingga darah bercampur dengan baik secara makro maupun mikroskopis. Dan perhatikan perubahan yang terjadi.
B.     Hemolisa dan Krenasi
Mengambil 3 buah tabung reaksi (A, B, C) kemudian mengisinya dengan masing- masing 1cc darah kemudian menambahkan pada tabung A 3 cc aquadest, pada B: 3 cc NaCl 3% dan C dibiarkan seperti semula, kemudian mengambil setetes darah yang telah dicampur dan meletakkannya di atas gelas objek kemudian mengamatinya di bawah mikroskop. Menuangkan dari tiap-tiap tabung sejumlah darah yang sama banyaknya ke dalam 3 buah gelas arloji dan memperhatikan gelas arloji tersebut di atas dasar hitam dan di atas dasar putih (kertas putih yang tidak ada hurufnya). Mengambil masing-masing setetes dar gelas arloji tadi dan meletakkannya di atas  objek glass dan mengamatinya di bawah mikroskop dan secara makroskopik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Tekanan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai golongan darah  yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4 . Tekanan Darah pada Perempuan dan Laki-laki
Kelompok
Kegiatan
Baring
Duduk
Berdiri
Lari
L
P
L
P
L
P
L
P
1
120/60
120/70
120/80
110/70
110/80
120/80
120/70
120/80
2
110/60
100/60
110/70
100/60
110/70
100/60
130/80
120/80
3
110/60
100/60
140/70
100/60
110/50
110/50
130/60
120/60
340/180
320/190
370/220
310/190
330/200
330/190
380/210
360/220
Rata-rata
113,3/60
106,6/63,3
123,3/73,3
103,3/63,3
110/66,6
110/63,3
126,6/70
120/73,3
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2011.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa pada laki-laki rata-rata dihasilkan tekanan darah tertinggi pada saat melakukan aktivitas lari yaitu 126,6/70, sedangkan tekanan darah terendah diperoleh pada saat berdiri yaitu 110/66,6. Sedangkan pada perempuan diperoleh hasil tekanan darah tertinggi rata-rata pada saat lari yaitu 120/73,3 dan hasil rata-rata tekanan terendah pada saat duduk yaitu 103,3/63,3 . Tingkat  rendahnya tekanan darah tergantung pada kondisi seseorang dan dipengaruhi pula oleh berbagai macam faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Tingginya angka tekanan darah pada saat lari  disebabkan karena faktor kelelahan. Adapun tekanan darah normal laki-laki yaitu 120/80 dan pada perempuan yaitu 110/80 Hal ini sesuai dengan pendapat Fanderson (1992) yang menyatakan bahwa darah yang normal yaitu 120/80. Lanjut dikatakan bahwa tekanan darah dapat turun dengan cepat bila terjadi pendarahan atau kehilangan darah. Kekurangan zat makanan juga menyebabkan tekanan darah rendah. Adapun cara pengukuran tekanan darah dapat diukur melalui alat spygnomanometer dan stetoskop. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa pada manusia tekanan darah dapat ditentukan dengan menggunakan alat spygnomanometer. Hal ini dilakukan dengan cara mendengarkan arteri pada arah distal dari caff yang dikembangkan.









Penggolongan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai golongan darah  yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 2.  Hasil Pengamatan Darah dalam Gelas Arloji
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
 ANTI A
ANTI  B
ANTI D
ANTI D
ANTI B
ANTI A








Keterangan Darah :                                      Keterangan Darah
Nama :   Dian                                             Nama : Ahmad Dahlan
Umur :  19 thn                                            Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin :  perempuan                       Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan Darah : A                                   Golongan Darah : B
            Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2011.
            Berdasarkan hasil pengamatan mengenai golongan darah, diperoleh golongan darah untuk laki-laki yaitu B  karena pada saat diberikan aglutinin atau serum anti  A, darah terlihat menggumpal  dan serum anti B, sel darah merah tidak terjadi aglutinasi atau darah tidak menggumpal. Hal ini disebabkan karena golongan darah B memiliki anti A, dan aglutinogen B. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya ( 2010 ), yang menyatakan bahwa dikatakan golongan darah B jika mengandung aglutinogen B pada sel-selnya dan mengandung agglutinin A pada plasmanya.
Aglutinogen ini ditemukan secara genetik dan hal ini akan menentukan jenis golongan darah seseorang, untuk lebih jelasnya diperhatikan pada tabel di bawah ini ;
Tabel. 5. Penggolongan darah manusia
Golongan Darah
Genotip
Aglutinogen
Aglutinin
O
OO
-
Anti A dan anti B
A
AA atau OA
A
Anti-B
B
BB atau OB
B
Anti-A
AB
AB
A dan B
-
        
Dari tabel penggolongan darah di atas, dapat dilihat bahwa seseorang dengan golongan darah O tidak membentuk aglutinogen, sedangkan golongan darah B mempunyai 2 jenis aglutinogen. Jadi dasar penggolongan darah menurut system ABO tergantung dari ada tidaknya aglutinogen A atau B. Didalam plasma darah terdapat antibodi yang merupakan gama globulin, disebut agglutinin ini akan menyerang aglutinogen baik secara alamiah maupun terjadi akibat transfuse darah dari golongan darah yang tidak sama. Bila hal tersebut terjadi, akan terjadi proses egglutinasi atau penggumpalan darah. Aglutinasi akan menyebabkan sel darah akan menyumbat kapiler diseluruh tubuh, dan sesudah beberapa waktu sel akan membengkak dan mengalami rupture, dan melepaskan Hb ke dalam sirkulasi. Reaksi ini disebut reaksi hemolisis (Yusuf, 1995).
             Golongan darah pada manusia dan hewan didefinisikan sebagai jumlah dari semua antigen serological, factor golongan darah, yang melekat pada membrane sel darah merah. Antigen adalah senyawa kimia, biasanya protein yang bila disuntikkan ke suatu individu yang kekurangan antigen tersebut, akan menyebabkan pembentukan senyawa khusus yang menetralisasi antigen, disebut antibodi. Bila antigen diletkatkan terhadap sel darah merah, reaksi antigen/antibodi menyebabkan kerusakan membrane sel dan melepaskan hameoglobin, Hal ini diketahui sebagai awal pembentukan antibody golongan darah, dapat ditentukan dengan mencampur sel darah merah dalam larutan garam isotonic dalam serum tang diketahui mengandung antibodi. Jika terjadi aglutinasi atau hemolisis golongan darah yang sesuai dapat ditentukan (Sonjaya, 2010).


C.    Hemolisa dan Krenasi
1. Secara Makroskopik
Berdasarkan Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai hemolisa dan krenasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 3. Pengamatan pada Sel Darah Merah Secara Makroskopis
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
                                                                                                                                                                                                                      







                     A                                           B                                        C
Keterangan :A.  Satu tetes darah + NaCl 0,15% → Terjadi Hemolisa
B.  Satu tetes darah + NaCl 0,9% → Tidak terjadi Hemolisa dan                                                                                                                                                                     Krenasi
C.  Satu tetes darah + NaCl 3% → Terjadi Krenasi
            Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2011.
Berdasarkan gambar yang ada di atas pada sampel A yang telah diberikan satu tetes darah kemudian ditambah dengan larutan hipotonis yaitu NaCl dengan konsentrasi 0,15 % menyebabkan sel menjadi bengkak karena larutan yang ada di sekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi larutan yang dikandung  di dalam sel sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar sel masuk ke dalam sel. Pada sampel B, darah ditambahkan dengan larutan isotonik atau larutan NaCl yang berkonsentrasi 0,9 % . dengan penambahan larutan isotonik pada sel tidak menyebabkan terjadinya konsentrasi yang dikandung dalam sel sehingga tidak terjadi hemolisa dan krenasi karena larutan yang ada di luar sel seimbang dengan cairan yang dikandung di dalam sel. Pada sampel C, darah ditambahkan dengan larutan naCl dengan konsentrasi 3 % mengakibatkan sel menjadi mengkerut karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel tertarik ke luar, dan menyebabkan sel menjadi mengkerut atau biasa disebut dengan krenasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf ( 1995 ) yang menyatakan bahwa larutan yang apabila sel dimasukkan ke dalamnya akan menyebabkan sel menjadi bengkak disebut larutan hipotonis, disebabkan karena osmolaritas cairan ekstrasel akan berkurang dan cairan ekstrasel akan masuk kedalam sel. Larutan NaCl yang konsentrasinya kurang dari 0,9% disebut larutan hipotonis. Dan menurut pendapat Gani ( 1995 ) yang menyatakan bahwa larutan hipertonis merupakan larutan yang bila sel dimasukkan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi mengkerut oleh karena osmolalitas cairan ekstrasel akan meningkat dan menyebabkan osmosis air keluar dari sel menuju ke cairan ekstrasel. Kemudian menurut Siregar (1995), yang menyatakan bahwa bila sel dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis, oleh karena tidak terjadi perubahan osmosis, yang terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel. Larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5% merupakan contoh larutan isotonis. Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat diinfuskan kedalam darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan intrasel ( Siregar, 1995).
2. Secara Mikroskopis
Berdasarkan Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai hemolisa dan kreasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :








Gambar 4. Pengamatan pada Sel Darah Merah Secara Mikroskopis
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

                                           





                                                                                                       

                                     Hemolisa                            Krenasi
Preparat                  : Darah Manusia
Perbesaran              : 40X
Keterangan             : A. Darah  +  NaCl 3 %
                                 B. Darah   + NaCl 0,9 %
                                 C. Darah   + NaCl 0,15 %
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2011
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan melalui bantuan mikroskop terlihat pada sampel A sel mengalami krenasi, sel menjadi mengkerut disebabkan karena larutan yang ada disekitarnya bersifat hipertonis. Pada sampel B, sel tidak mengalami krenasi ataupun hemolisa karena konsentrasi yang ada di dalam sel seimbang dengan konsentrasi yang ada di luar sel. Pada sampel C, sel mengalami hemolisa disebabkan karena larutan yang ada di luar sel bersifat hipotonis, sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar sel masuk ke dalam sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), yang menyatakan bahwa larutan yang berkonsentrasi tinggi akan menyebabkan sel darah  mengalami krenasi, sedangkan air yang masuk ke dalam sel darah akan menyebabkan pembengkakan dan kemudian sel darah merah akan mengalami hemolisa. Tetapi jika keadaan cairan dalam sel dengan di luar sel seimbang maka tidak akan terjadi hemolisa dan krenasi.







PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan praktikum mengenai Darah II dan V, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
·         Tekanan darah yang normal yaitu 120/80 pada wanita dan 110/80 pada pria.  Dari percobaan praktikum mengenai tekanan darah dengan melakukan aktivitas duduk, berdiri, lari, baring dan berfikir didapatkan hasil tekanan darah yang berbeda-beda, sehinnga dapat disimpulkan bahwa aktivitas juga dapat mempengaruhi tekanan darah.
·         Golongan darah yang diperoleh adalah golongan darah laki-laki yaitu B dan perempuan yaitu A.  Pada manusia penggolongan darah didasarkan atas ada tidaknya aglutoinogen dan aglutinin dalam darah.  Ada empat macam golongan darah yaitu A, B, AB, dan O.  Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh karena itu alasan satu manfaat tes golongan darah adalah untuk menentukan hubungan kekeluargaan. Selain itu, juga digunakan untuk kepentingan transfusi darah.
·         Hemolisa sempurna adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Pada lingkungan hipotonis (akuades), sel menyerap air, membengkak dan pecah disebut hemolisis. Sedangkan krenasi adalah bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput.
Saran
Saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya alat dan bahan dilengkapi dan alat-alat yang sudah mulai rusak sebaiknya cepat diganti agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Saran untuk Asisten yaitu sebaiknya menjelaskan hasil dari praktikum agar praktikan lebih mengerti lagi mengenai praktikum yang dilakukan.










DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2009. Fragilitas dan Hemolisis. http://task-list.blogspot.com/2008/04/hemolisis-dan-fragilitas- diakses pada tanggal 11 maret 2011, Makassar.
Anonimb, 2009. Hemolisa dan Krenasi. http;//wikipedia.org/wiki/ hemolisa dan krenasi/03-02-2009/html, di akses pada tanggal 11 maret 2011, Makassar
Anonimc. 2009. Golongan Darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_darah. diakses pada tgl 11 oktober 2011, Makassar.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi keperawatan_edisi kedua. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.
Ganon. 2004. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran:Jakarta.
Gani. 1995. Neuro Fisiologi_edisi ketiga. Bagian ilmu faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Koesoema, A. 2009. Klasifikasi Etiologi dan Aspek Laboratorik pada Anemi Hematolik. http://faktor-hemolisa.pdf. diakses pada tanggal 11 Maret 2011, Makassar.
Siregar. 1995. Neuro Fisiologi_edisi kelima. Bagian ilmu faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sonjaya. 2010. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Suryo. 1995. Biologi Edisi Ke Lima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Watson, R. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat_edisi ke dua. ECG. Jakarta.
Yusuf. 1995. Fisiologi Sel Dan Cairan Tubuh. Bagian Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK DASAR


DARAH II DAN V






      NAMA             :       Muh Faisal Saade
                                          NIM                  :       I 11 111 131
      KELOMPOK  :       I (SATU)
      ASISTEN         :      MUH. AMIN
                                   


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012