Sabtu, 27 April 2013

laporan ternak potong


Laporan Praktikum
Ilmu Ternak Potong dan Kerja
TATALAKSANA PEMELIHARAAN dan PENGEMBALAAN
TERNAK SAPI POTONG dan KERJA
Oleh :
                     Nama                  :    Muhammad Faisal Saade
                                 NIM                   :    I 111 11 313
                                 Kelompok          :    V (Lima)
                                 Gelombang         :    II (Dua)
                                 Asisten               :   DyanAnjannaPutri









LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN KERJA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Sapi potong di Indonesia dimanfaatkan juga sebagai sumber lapangan pekerjaan. Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
            Dalam Usaha sapi potong ada dua hal yang perlu di perhatikan yaitu, pemeliharaanyang mencakup menejemen perkandangan dan menejemen pakan, Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok seperti konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang. Lain halnya dengan pakan dimana kandungan pakan herus mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak sehingga pertumbuhan lebih efisien serta rentang terhadap penyakit.
            Selain itu untuk mendapatkan pakan tambahan, dapat dilakukan Penggembalaan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Untuk mengetahui lebih dalam dari beberapa hal di atas maka dilaksanakanlah praktikum Pemeliharaan dan Pengembalaan Ilmu Ternak Potong dan Kerja.
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapu tujuan dari Praktikum pemeliharaan dan penggembalaan Ilmu Ternak Potong dan Kerja adalah untuk mengetahui dan mempelajari tatacara pemeliharaan sapi potong baik dari sistem perkandangan, pencampuran dan pemberian pakan serta penggembalaannya dan praktikan diharapkan dapat memperoleh penglaman dalam praktikum pemeliharaan ini dan dapat mengimplementasikan dengan baik.
Adapun kegunaan dari praktikum pemeliharaan dan penggembalaan Ilmu Ternak Potong dan Kerja adalah agar praktikan dapat lebih mudah menerima teknis-teknis pemeliharaan ternak potong dan agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pemeliharaan yang baik dalam usaha sapi potong.









TINJAUAN PUSTAKA
A.    Sistem Pemeliharaan
            Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang.  Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging. Dan kandang dalam pemeliharaan sapi berfungsi, Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.Mempermudah perawatan dan pemantauan.Menjaga keamanan dan kesehatan sapi (Bappenas, 2013).
Tatalaksanapemeliharaandapatdibagi 3 sesuaitujuanpemeliharaan (Anonimb, 2010)  :
a.       Tujuanuntukmenghasilkananak. Indukdananakdipeliharabersamasampaianakdisapihumur 6 - 8 bulandankemudiananakdijual.
b.      Tujuanuntukmenambahdanmemperbaikikualitasdaging. penggemukandapatdilakukan di kandangataupadangrumput. Lama penggemukantergantungumursapi.  Bilaumur 1 – 2 tahundibutuhkanwaktu 6 bulan. Bilaumursapidewasa 2 - 3 tahundibutuhkanwaktu 4 bulan.
c.       Tujuanuntukbibit. Dipeliharasapi-sapijantandanbetinadarijenisunggul.
Manajemenpemeliharaansapipotongperludilakukan.Untukituadabeberapametode yang harusdilakukan.Metodepemeliharaansapipotongberdasarkantujuanpemeliharaanyaitu (Anonima, 2010):
Pemeliharaansapipotongpembibitan;
·         Sapiinduk, Selainpemberianpakan yang baikpemeliharaankesehatandalampemeliharaansapiindukperlujugadiperhatikansistimperkawinannya, sehinggaindukdapatmelahirkansetiap 1 – 18 bulansekali.
·         Induk bunting, Sapi yang mengalami proses produksiharusmendapatperlakuandanpakan yang baik. Pakanharuscukupbaik, berikanpakanpenguatsebanyak 2-3 kg/ek/hrditambahkan mineral. Tempatkansapidikandangtersendiri agar merasatenang. Jagalahkebersihankandang, alasilantainyadenganjerami/rumputkering/abu gosok
·         Pemelihraananaksapi, Setelahanaksapilahirsegerabersihkanlendir yang menempelpadatubuhnya, terutamabagianhidungdanmulut. Potongtalipusardanolesidenganyodium. Biarkananaksapimenyusuipadainduknyasampai 4 bulan. Mulaidiperkenalkandengankonsentratpadaumur 3 minggu.
Pemeliharaansapipotongkereman
Ada 4 patokandalammemilihsapiuntukdierem, diantaranya :
·         Sapi yang berumurkurangdarisatutahun yang akandiperlukanmasakeremanselama 8-12 bulan.
·         Sapiberumur 1-2 tahundenganmasakeremselama 6-8 bulan.
·         Sapi yang berumur 2-3 tahundenganmasakeremanselama 4-6 bulan.
·         Sapi yang berumur 3 tahunkeatasdenganmasakeremanmaksimalselama 4 bulan
Selaindarisegiumurjugaperlupertimbangandaribentuktubuhsapi yang akandikeremdapatdipilihkurus, tapibukankarenapenyakit. Kurusdalamartiankurangpakandanperawatan.Berat ideal sapi yang akandikeremantara 140-200 kg. Pemberiankonsentratberupadedakpadi +starbiosebanyak 1 kg hariakanmemberikanpertambahanberatbadan rata-rata 600 gram/hari.
Menurut (Anonimb,2012), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain  sebagai berikut :
1.  Pemeliharaan Secara Ekstensif
Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara, Sulawesi selatan, dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.
2. Pemeliharaan Secara Intensif
Pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dipelihara secara terus menerus di dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan dan minum. Aktivitas lain seperti memandikan sapi juga dilakukan serta sanitasi dalam kandang.


3.Pemeliharaan Secara Semi Intensif
Pemeliharaan sapi secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara pemeliharaan secara ekstensif. Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi intensif ini harus ada kandang dan tempat penggembalaan dimana sapi digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari.

B.     Sistem Perkandangan
            Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Ada pun syarat Kandang yaitu bahan kandang dari kayu/ bambu serta kuat. Letak kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh. Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Ventilasi udara dalam kandang harus baik. Drainase di dalam dan luar kandang harus baik (Sugeng, 2006).         
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang beranak ( Induk dan Anak )
Kandangberanakataukandangmenyusuiadalahkandanguntukpemeliharaankhususindukataucaloninduk yang telah bunting tua (7-8 bulan) sampai menyapih pedetnya, dengan tujuan menjaga keselamatan dan keberlangsungan hidup pedet. kenyamanan dan keleluasaan bagi induk dan pedet selama menyusui. Kandang beranak termasuk individu yang dilengkapi dengan palungan pada bagian depan, dan selokan pada bagian dibelakang ternak, serta di belakang kandang dilengkapi dengan halaman pelumbaran. Lantai kandang selalu bersih, kering dan tidak licin. Kontruksi pagar pelumbaran adalah lebih rapat yang menjamin pedet tidak keluar kandang. Luas kandang beranak mempunyai ukuran 3 X 3 meter termasukpalungandidalamnya (Sugeng,2006).
Kandang individu (Kandang Tunggal)
Kandang individu atau kandang tunggal, merupakan model kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian belakang adalah selokan pembuangan kotoran. Sekat pemisah pada kandang tipe ini lebih diutamakan pada bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian badan ternak atau mulai palungan sampai batas pinggul ternak Tinggi sekat pemisah sekat sekitar 1 m atau setinggi badan sapi. Sapi di kandang individu diikat dengan tali tampar pada lantai depan guna menghindari perkelahian sesamanya Luas kandang individu disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi yaitu sekitar panjang 2,5 meter dan lebar 1,5 meter (Sugeng, 2006).
Kandang Kelompok
Kadang koloni atau kandang komunal merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat.Penggunaan tenaga kerja untuk kandang koloni lebih efisien dibanding kandang model individu, karena pekerjaan rutin harian adalah membersihkan tempat pakan, minum dan memberikan pakan. Dalam hal ini satu orang tenaga kandang mampu menangani sekitar 50 ekor sedangkan untuk kandang individu sekitar 15 – 20 ekor.
Kandang penggemukan
Kandangpenggemukanuntukpemeliharaansapijantandewasabeberapa bulan sampai mencapai bobot tertentu. Lama pemeliharaanternakpadakandang penggemukan berkisar antara 4 – 12 bulan, tergantung pada kondisi awal ternak (umur dan bobot badan) dan ransum yang diberikan. Tipe kandang untuk penggemukan ternak jantan dewasa adalah tipe kandang individu, untuk menghindari perkelahian sesamanya Beberapa model kandang penggemukan dengan system kereman dibuat lebih tertutup rapat dan sedikit gerak untuk mengurangi kehilangan energi dan mempercepat proses penggemukan (Sugeng,2006).
Kandang pejantan
Kandang pejantan untuk pemeliharan sapi jantan yang kusus digunakan sebagai pemacek. Tipe kandang pejantan adalah individu yang dilengkapi dengan palungan (sisi depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi belakang (Kontruksi kandang pejantan harus kuat serta mampu menahan benturan dan dorongan serta memberikan kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak. Luas kandang pejantan adalah panjang (sisi samping) sebesar 270 cm dan lebar (sisi depan) sebesar 200 cm ( Firman, 2010).
Dalam pembangunan kandang atau perkandangan diperlukan perencanaan yang seksama. Perencanaan tersebut perlu dipertimbangkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dari sebuah bangunan perkandangan. Kandang yang memiliki persyaratan akan membuat usaha ternak semakin baik. Karena dengan semakin baiknya persyaratan kandang, ternak yang dipelihara akan semakin sehat (Purbowati & Rianto, 2009)
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang (Bappenas, 2013).
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5×1 m (Bappenas, 2013).
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi (Bappenas, 2013).
C.    Sistem Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan pada sapi potong yang paling sederhana adalah dengan cara penggembalaan, Metode ini  dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput (Anonim, 2012).
Menurut Admin (2011), sistem pemberian pakan pada sapi potong dapat dilakukan sebagai berikut :
  1. Pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari (pagi, siang, sore).
  2. Air minum harus tersedia dan diganti setiap hari
  3. Pemberian konsentrat dapat diberikan secara kering ataupun basah (comboran)
  4. Pada usaha sapi penggemukkan (fattening), pemberian pakan adalah 2,5% - 3% berat badan (BK basis). Imbangan rumput: konsentrat = 20% : 80% atau 30% : 70%.
  5. Pada tahap adaptasi pakan sapi  penggemukkan (fattening), konsentrat diberikan secara bertahap:
    •  3 hari pertama   : 20% konsentrat : 80% hijauan
    • Hari ke-4 hingga ke-7 : 40% konsentrat : 60% hijauan
    • Hari ke 8 hingga hari ke 14 : 60% konsentrat : 40% hijauan
    • Setelah hari ke 14 : 80% konsentrat : 20% hijauan
  1. Pemberian rumput  kalau masih basah sebaiknya diangin-anginkan dahulu, dipotong-potong (chopper) kurang lebih 10 cm, pemberian rumput setelah konsentrat
Sapi potong dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% – 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dalam dunia peternakan dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi potong yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro (Anonima, 2012).
D.    Teknik Pencampuran Pakan
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua (Anonimc, 2010) : 
  • Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
  • Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman.  Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Menurut Kusharjanta dkk (2004), pencampuran pakan kering juga sudah dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemcampur dengan posisi tong miring, hasil program vucer 2004. Namun, proses pencampuran pakan biasanya masih dilakukan secara manual. Oleh karena itu, rekayasa mesin pencampur pakan basah menjadi penting untuk dilakukan.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
E.     Sistem Penggembalaan
Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaan hijauan yang lebih ekonomi dari murah. Padang penggembalaan merupakan tanaman hijauan secara langsung dan bisa dimakan oleh hewan. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput seluruhnya atau leguminose saja, ataupun campuran. Tetapi suatu padang rumput yang baik dan ekonomis ialah yang terdiri atascampuranrumputdanleguminose (Anonimd, 2010)
Sapi-sapi dara atau dewasa atau yang digemukkan ataupun sapi perah biasanya merumput di padang penggembalaan selama musim penghujan, pada saat tanaman tumbuh baik. Dan hanya kualitas pangonan yang baiklah yang mampu memperbaiki produksi serta mutu terhadap sapi potong ataupun sapi perah dan pekerja, sehingga sapi-sapi tersebut akan menghasikan daging, susu ayng tinggi serta tenaga kerja yang tangguh.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telahmemakanbermacam-macamjenisrumput(Anonimd, 2010).
Sistim Penggembalaan pastura yang intensif
Sistim Penggembalaan pastura yang intensif ditandai dengan penggantian rumput alam dengan tanaman pakan unggul dan penggunaan pupuk untuk mengatasi kekurangan mineral terhadap pertumbuhan pastura. Ternak yang dipelihara adalah yang mempunyai respon yang tinggi terhadap perbaikan kualitas pakan. Intervensi diarahkan untuk menjaga ketersediaan pakan, baik dalam jumlah maupun kualitasnya (Sudirman, 2013)


Sistimpastura yang sudah diperbaiki (semi intensif)
Kebanyakan pastura yang sudah diperbaiki di daerah tropis adalah lahan-lahan yang sebelumnya berupa hutan atau semak-semak yang terletak di daerah lembab dan sub-lembab. Rumput-rumput tersebut ditanam terutama pada tanah-tanah hutan dengan kesuburan tanah yang bervariasi tetapi produktivitasnya lama kelamaan menurun pada tanah oksisol dan ultisol yang tidak subur. Keseimbangan antara spesies yang sudah diperbaiki dan rumput alam dipengaruhi
oleh vegetasi asal. Penggantian hutan yang rapat membutuhkan introduksi spesies yang baru sedangkan pada kondisi lahan dengan pohon yang jarang, tingkat ketergantungan pada spesies introduksi lebih kurang (Sudirman, 2013).













METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
            PraktikumPemeliharaanIlmuTernakPotongdilaksanakanpadaharisenin,  1 –3 April 2013 pukul 07.00 sampai 07.40 WITA yang kemudian dilanjutkan pada pukul 16.00 sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. PraktikumPenggembalaanIlmuTernakPotongdilaksanakanpadahariMinggu, 7 April 2013 pukul 10.00 sampai 17.00 WITA. Bertempat di padang penggembalaan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
B. Materi Praktikum
            Bahan yang digunakandalampratikumilmuternakpotongpemeliharaanadalah 40 ekorternaksapi, bahanpakandan air
Alat yang digunakandalampratikumilmuternakpotongpemeliharaanadalahtimbangan, gerobak, skop, sapu, ember, parangdansepatu bots
C. Metode Praktikum
a.       sanitasi kandang
     Pembersihan atau sanitasi kandang dilakukan selama 3 hari ditambah 1 hari penggembalaan. Dimana dalam tiga hari kandang dibersihkan dari kotoran yang umumnya sisa bahan bahan pakanyang bercampur dengan kotoran sapi sendiri, selokan, palungan (tempat makan dan tempat air minum), gang tengah dan lantai.
b.      Pencampuranpakan
                        Pencampuran pakan dilakukan satu kali dalam satu minggu. Komposisi pakan konsentrat.
1.      Dedak                         240Kg
2.      Bungkilkelapa 12 Kg
3.      Feed suplement           4 Kg
c.       Pemberianpakan
Pemberian pakan yaitu berupa hijauan dan konsentrat (makanan tambahan) sebanyak 5 ember pada pagi hari sedangkan pemberian air minum dengan cara ad libitum (tidak terbatas). Digembalakan pada sore hari dan dikandangkan pada malam hari.
d.      Penggembalaan
            Penggembalaan yaitu pelepasan ternak di alam bebas atau di padang penggembalaan pada siang sampai sore hari. Ternakdapatmengkomsumsipakanyang  palatabel di dalam padang tersebut.
         








HASIL DAN PEMBAHASAN
A.KeadaanKhususTernakPotong
Berdasarkanhasilpraktikumdiketahuibahwakeadaankhususternakpotong di FakultasPeternakan,UniversitasHasanuddinyaitumempunyaijumlahsapipotongsebanyak 40ekor yang berasaldarihasilperkawinanalamimaupuninsimiasibuatan.Sapitersebutterkadangmengalamikekuranganpakansebabwaktupemberianpakandibatasiyaitupagidan sore sehinggamempunyaiberatbadan yang minim.
B. Pemeliharaan,PerkandangandanPerkawinan
Berdasarkanhasilpraktikumdiketahuibahwakeadaankhususternakpotong di FakultasPeternakan,UniversitasHasanuddindapatdiketahuibahwatatalaksanapemeliharaansapi di kandangtersebutyaitubagaimanapenangananternakhalitusesuaidenganpernyataanSantoso (2007) mengemukkan bahwatatalaksanapemeliharaanternaksapimeliputi;
1.      Pemilihandanpenilaianternaksapi
2.      Penagananternaksapi
3.      Penandaanternaksapi
4.      Pendugaandanpengukuranternaksapi
5.      Tehnikpraktisdalampemeliharaanternaksapi
6.      Tata laksanapakan
7.      Penilaiansertapenaganankarkas
8.      Peralatandanperlengkapanpemeliharaanternaksapi
9.      Perlengkapanpenyedianpakan
            Dari hasil praktikum pemeliharaan ternak potong di ketahui bahwa kandang yang digunakan oleh Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yaitu jeniskandang individu dan kandang kelompok.Dimana Kandang individu menerapakan prinsip satu ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian belakang adalah selokan pembuangan kotoran. Hal inisesuadenganpendapatSugeng (2006) yamgmenyatakanbahwa, Kandang individu atau kandang tunggal, merupakan model kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan tempat palungan (tempatpakandan air minum), sedangkanbagianbelakangadalahselokanpembuangankotoran.
Kandang kelompok yang terlihat adalah dimana dalam satu kandang terdapat beberapa sapi/tidak tunggal. Ternak di dalam kandang dibiarkan secara bebas tanpa diikat. Tampat makan kandang tersebut tedapat di depan dan tempat pembuangan kaotoran atau urin terdapat di belakang. Hali ninsesuaidenganSugeng (2006) yang mengatakan bahwa Kadang koloni atau kandang komunal merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat.Penggunaan tenaga kerja untuk kandang koloni lebih efisien dibanding kandang model individu, karena pekerjaan rutin harian adalah membersihkan tempat pakan, minum dan memberikan pakan. Dalam hal ini satu orang tenaga kandang mampu menangani sekitar 50 ekor sedangkan untuk kandang individu sekitar 15 – 20 ekor.
Kandang ternak sapi potong Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin baik kandang individu maupun kelompaok telah memenuhi syarat pendirian kandang karena, terbuat dari kayu dan besi yang kuat. Lantai terbuat dari cor/semen yang padat dan lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya. Letak kandang terpisah cukup jauh dari pemukiman serta memiliki ventilasi udara yang cukup banyak. Hali ini sesuai dengan pendapat Sugeng (2006) bahwa, Syarat kandang adalah bahan kandang dari kayu/ bambu serta kuat. Letak kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh. Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Ventilasi udara dalam kandang harus baik. Drainase di dalam dan luar kandang harus baik.
Berdasarkanhasilpraktikum di kandangsapipotongfakultaspeternakanyaitupolaperkawinan yang dilakukanyaitusecaraalamimaupunkawinsuntikatauinsiminasibuatan.Perkawinanpadasapi potong dapat dilakukan secara alami maupun kawin suntik atau inseminasi buatan (IB). Perkawinan alami merupakan perkawinan dengan cara mempertemukan pejantan dan induk secara langsung. Pola perkawinan secara alami ini memiliki empat manajemen perkawinan, yaitu:
perkawinan model kandang individu, perkawinan modelkandang kelompok/umbaran   perkawinan model ranch/paddock, dan, perkawinan model padang penggembalaan.
Perkawinan melalui kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) dilakukan dengan cara memasukkan sperma atau semen yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu ke dalam saluran alat kelamin betina dengan metode dan alat khusus. Teknik IB dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan semen beku (frozen semen) dan semen cair (chilled semen).
C. Pencampuran Pakan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa metode pencampuran pakan yang dilakukan yakni pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Minimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum, yaitu dedak 240 kg, bungkil kelapa 12 kg dan feed supplement 3 kg. Selanjutnya mencampur bahan dan melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balikkan pakan menggunakan sekop. Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan dalam gudang pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc (2010), yang menyatakan bahwa metode pencampuran pakan, pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Kemudian menimbang masing-masing bahan ransums esuai dengan perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya bahan dicampur dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balik pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Kemudian setalah ransum tersebut homogen, lalu dimasukkan ke dalam karung yang telah disiapkan dan menyimpannya di dalam gudang pakan.
D. Pemberian Pakan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi atau pembersihan kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan konsentrat berupa dedak yang dicapur halus dengan bungkil kelapa dan suplemenserta air yang telah dicampurkan dengan molasses dan starbio. Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan sebagai penambah energi. Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan berupa rumput gajah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak sapi potong sebaiknya ransum tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya, melainkan dibagi menjadi beberapa bagian. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat tinggi akan mudah terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak dengan mudah (volatile fatty acid, VFA) yang berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian konsentrat yang banyak mengandung protein terdegradasi (rumen degradable protein, RDP) akan menghasilkan NH3 yang berpotensi meningkatkan pH rumen. Kondisi peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi kesehatan ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian pada ternak.
E. Penggembalaan
               Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengembalaan dilakukan pada hari Minggu yaitu pada pukul 10.00 sampai selesai. Kegiatan ini dilakukan dengan mengembalakan ternak sapi potong dari kandang ke padang pengembalaan kemudian dilepas secara bebas untuk memakan rumput. Dimana sapi bebas merumput di alam. Seperti halnya yang dikemukakan Muhardi (2009), sistem penggembala biasanya ternak dilepas bebas di padang penggembalaan untuk mencari rumput. Pakan dikonsumsi secara bebas dan tergantung pada ketersediaan rumput di lapangan.  Pada saat proses mengembalakan ternak-ternak sapi potong tersebut terdapat beberapa hal yang diamati, yaitu jumlah populasi, dinamika populasi, tingkah laku merumput dan ruminansi.
Pada saat proses praktikum, tepatnyapada proses pengembalaantelahdiamatidandihitungjumlahsapiyaitu 41 ekordenganhasilsebagaiberikut :
Ÿ  Pejantan          :  11 ekor
Ÿ  Jantan muda    :    4 ekor
Ÿ  Pedetjantan     :    4ekor
Ÿ  Betina induk   :  14 ekor
Ÿ  Betina dara      :    7 ekor
Ÿ  Pedet betina    :    -
            Dinamika populasi dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, pemotongan, dsb. Dari populasi tersebut di atas, dapat dilihat dinamika populasi yang ada pada ternak-ternak sapi potong di dalam kandang pada awal proses praktikum jumlah sapi yang dipelihara adalah sebanyak 40 ekor. Namun, salah seekor induk sapi mengalami kematian dan pada periode selanjutnya lahir seekor anak sapi jantan sehingga jumlah sapi yang dipelihara tetap 40 ekor.
            Dari praktikum pemeliharaan dan pengembalaan ini juga dapat diketahui tingkah laku merumput pada ternak sapi-sapi potong yang ada di kandang peternakan Universitas Hasanuddin. Bila kita simak tingkah laku merumput sapi-sapi tersebut,  maka terlihat bahwa sapi-sapi tersebut tidak melilit rumput dengan lidahnya dan kemudian menarik rumput tersebut, akan tetapi memotongnya dengan gigi seri rahang bawahnya dengan bantalan gusi rahang atasnya. Seperti yang lebih rinci dijelaskan oleh Agus (2009), hal ini dilakukan sapi-sapi tersebut karena ternak ini  dianugerahi kondisi bibir atasnya yang terbelah (seolah-olah sumbing) sehingga peluang luka bibir atas karena gesekan rumput sangat kecil sekali. Tingkah laku merumput demikian menghasilkan tapak merumput yang rata. Artinya, sisa rumput setelah dirumput oleh ternak tampak rata. Tingkah laku merumput ternak  ini sangat menunjang pertumbuhan kembali rumput yang lebih merata.
            Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Sama halnya sapi potong sebagai hewan ruminansi yang memiliki sistem pencernaan yang seperti itu. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, reticulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
 3  3  0  0  0  0  0  0   Rahang atas
M  P  C  I  I  C  P  M   Jenis gigi
 3  3  0  4  4  0  3  3   Rahang bawah
I (insisivus) = gigi seri; C (kaninus) = gigi taring; P (premolar) = geraham depan; dan M  (molar) = geraham belakang
Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
Proses pencernaan hewan ruminansia dimulai dari makanan yang ditelan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar. Kemudian gumpalan-gumpalan tersebut akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dikunyah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali yang akan masuk ke retikulum kemudian diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur. Makanan tersebut akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan secara kimiawi oleh enzim.
Menurut Suryadi (2011), selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada sapi.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal ini disebabkankarena makanan herbivore bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanannya kecil dan percernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 4 meter. Hal ini dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa) enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif.









PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
§  Kandang khusus ternak potong dapat di bedakan menjadi beberapa macam kandang yaitu, kandang individu, kandang kelompok, kandang pejantang, kandang beranak dan kandang penggemukan.
§  Pencampuran pakan yang dilakukan bertujuan untuk membuat kelengkapan gizi dan memberikan energi yang cukup bagi ternak selama 24 jam.
§  Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi atau pembersihan kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan konsentrat yaitu pukul 07.00 WITA. Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan sebagai penambah energi. Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan sebagai pakan utama yaitu pukul 16.00 WITA.
§  Pengembalaan dilakukan pada siang hari yaitu pukul 10.00 WITA dengan membawa ternak ke padang pengembalaan untuk dilepas secara bebas sehingga ternak bisa mengkonsumsi rumput secara bebas tergantung pada ketersediaan rumput di lapangan.  
§  Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara adalah sebanyak 40 ekor dengan 11 pejantan, 4 jantan muda, 3 jantan pedet, 14 betina induk, 7 betina dara serta presentasi kelahiran dan kematian 1 : 1.
§  Tingkah laku merumput sapi-sapi tersebut yaitu dengan memotong rumput dengan gigi seri rahang bawahnya dengan bantalan gusi rahang atasnya.
§  Proses pencernaan hewan ruminansia seperti sapi potong ini adalah proses pencernaan yang terjadi dua kali yaitu dimulai dari makanan yang ditelan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan dan akan keluar kembali untuk diproses hingga akhirnya dicerna dua kali.
Saran
Laboratorium sebaiknya dijaga kebersihannya, agar sedap dipandang mata dan nyaman saat melakukan praktek kemudian ternak-ternak sapi bali tersebut sebaiknya dijaga pula kebersihannya baik dari lumpur maupun dari lalat dan caplak yang menggerogoti tubuhnya.










DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2012, PemberianPakan, http://pemberian-pakan-ternak –sapi.html. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Anonimb, 2012, Sistem Perkandangan, http:/ /sistem-perkandangan-ternak-sapi-potong.html, diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Anonimc, 2010, SistemPemeliharaan Ternaks Sapi Potong, http://info.peternakan/sistem-pemeliharaan-sapi-potong.html, diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Anonimd, 2010, BudidayaSapi Potong, http://budidaya-sapi-potong.html, diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Admin, 2011, Sistem Pemberian Pakan Pada Sapi Potong, http://adminator-sistem –pemberian-pakan-ternak.html. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Bappenas, 2013, Sistem Pemeliharaan Sapi Potong, http;//ipteks/bappenas/11/sistempemeliharaansapipotong.html. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Firman, 2010, Kandang Khusus Pejantan Sapi Potong, http://firman_2011/peternakan. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Kusharjanta dkk (2004), Pencampuran Pakan, http://Pencamputran-pakan.html. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Muhardi. 2009. Peremajaan Padang Penggembalaan. http://marhadinutrisi06.blogspot.com.Diakses pada 2 Oktober 2012

Rianto dan Purbowati (2009), Pemberian Pakan, http://pemberian-pakan-ideal.html.diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Sudirman. B, 2013, Penuntun Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar
Sugeng, 2006, Sistem Perkandangan Ternak Sapi Potong, http://sistem perkandangan-sapi-potong-catatan-anak-peternakan.sugeng.blokspot.com, diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Suryadi 2011, Tatacara Pemberian Pakan, http://tatacarapemberian-pakan .peternakanindonesia.suryadi.blogspot.com. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013