Laporan
Praktikum
Ilmu
Ternak Potong dan Kerja
TATALAKSANA
PEMELIHARAAN dan PENGEMBALAAN
TERNAK SAPI POTONG dan
KERJA
Oleh :
Nama : Muhammad
Faisal Saade
NIM : I 111 11 313
Kelompok : V (Lima)
Gelombang :
II (Dua)
Asisten : DyanAnjannaPutri
LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN KERJA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sapi potong adalah jenis ternak yang
dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Sapi potong di
Indonesia dimanfaatkan juga sebagai sumber lapangan pekerjaan. Memelihara sapi
potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu,
tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Kotoran sapi
dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga
menjadi lebih gembur dan subur.
Dalam Usaha sapi potong ada dua hal
yang perlu di perhatikan yaitu, pemeliharaanyang mencakup menejemen
perkandangan dan menejemen pakan, Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih
dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan
pokok seperti konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang. Lain halnya
dengan pakan dimana kandungan pakan herus mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak sehingga pertumbuhan lebih efisien serta rentang terhadap penyakit.
Selain
itu untuk mendapatkan pakan tambahan, dapat dilakukan Penggembalaan dengan
melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang
mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam
per hari. Untuk mengetahui lebih dalam dari beberapa hal di atas maka
dilaksanakanlah praktikum Pemeliharaan dan Pengembalaan Ilmu Ternak Potong dan
Kerja.
B.
Tujuan dan Kegunaan
Adapu
tujuan dari Praktikum pemeliharaan dan penggembalaan Ilmu Ternak Potong dan
Kerja adalah untuk mengetahui dan mempelajari tatacara pemeliharaan sapi potong
baik dari sistem perkandangan, pencampuran dan pemberian pakan serta penggembalaannya
dan praktikan diharapkan dapat memperoleh penglaman dalam praktikum
pemeliharaan ini dan dapat mengimplementasikan dengan baik.
Adapun
kegunaan dari praktikum pemeliharaan dan penggembalaan Ilmu Ternak Potong dan
Kerja adalah agar praktikan dapat lebih mudah menerima teknis-teknis
pemeliharaan ternak potong dan agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara
pemeliharaan yang baik dalam usaha sapi potong.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Sistem
Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan
(ransum) dan pengelolaan kandang. Pakan
merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin
baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan
dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging. Dan kandang dalam
pemeliharaan sapi berfungsi, Melindungi sapi dari hujan dan panas
matahari.Mempermudah perawatan dan pemantauan.Menjaga keamanan dan kesehatan
sapi (Bappenas, 2013).
Tatalaksanapemeliharaandapatdibagi
3 sesuaitujuanpemeliharaan (Anonimb, 2010) :
a.
Tujuanuntukmenghasilkananak.
Indukdananakdipeliharabersamasampaianakdisapihumur 6 - 8
bulandankemudiananakdijual.
b.
Tujuanuntukmenambahdanmemperbaikikualitasdaging.
penggemukandapatdilakukan di kandangataupadangrumput. Lama
penggemukantergantungumursapi. Bilaumur
1 – 2 tahundibutuhkanwaktu 6 bulan. Bilaumursapidewasa 2 - 3
tahundibutuhkanwaktu 4 bulan.
c.
Tujuanuntukbibit.
Dipeliharasapi-sapijantandanbetinadarijenisunggul.
Manajemenpemeliharaansapipotongperludilakukan.Untukituadabeberapametode
yang
harusdilakukan.Metodepemeliharaansapipotongberdasarkantujuanpemeliharaanyaitu
(Anonima, 2010):
Pemeliharaansapipotongpembibitan;
·
Sapiinduk,
Selainpemberianpakan yang baikpemeliharaankesehatandalampemeliharaansapiindukperlujugadiperhatikansistimperkawinannya,
sehinggaindukdapatmelahirkansetiap 1 – 18 bulansekali.
·
Induk bunting, Sapi
yang mengalami proses produksiharusmendapatperlakuandanpakan yang baik.
Pakanharuscukupbaik, berikanpakanpenguatsebanyak 2-3 kg/ek/hrditambahkan
mineral. Tempatkansapidikandangtersendiri agar merasatenang.
Jagalahkebersihankandang, alasilantainyadenganjerami/rumputkering/abu gosok
·
Pemelihraananaksapi,
Setelahanaksapilahirsegerabersihkanlendir yang menempelpadatubuhnya, terutamabagianhidungdanmulut.
Potongtalipusardanolesidenganyodium. Biarkananaksapimenyusuipadainduknyasampai
4 bulan. Mulaidiperkenalkandengankonsentratpadaumur 3 minggu.
Pemeliharaansapipotongkereman
Ada 4
patokandalammemilihsapiuntukdierem, diantaranya :
·
Sapi yang
berumurkurangdarisatutahun yang akandiperlukanmasakeremanselama 8-12 bulan.
·
Sapiberumur 1-2
tahundenganmasakeremselama 6-8 bulan.
·
Sapi yang berumur 2-3
tahundenganmasakeremanselama 4-6 bulan.
·
Sapi yang berumur 3
tahunkeatasdenganmasakeremanmaksimalselama 4 bulan
Selaindarisegiumurjugaperlupertimbangandaribentuktubuhsapi
yang akandikeremdapatdipilihkurus, tapibukankarenapenyakit. Kurusdalamartiankurangpakandanperawatan.Berat
ideal sapi yang akandikeremantara 140-200 kg. Pemberiankonsentratberupadedakpadi
+starbiosebanyak 1 kg hariakanmemberikanpertambahanberatbadan rata-rata 600
gram/hari.
Menurut (Anonimb,2012), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain sebagai berikut :
1. Pemeliharaan
Secara Ekstensif
Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di
daerah-daerah yang mempunyai padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara,
Sulawesi selatan, dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang
penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di
tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.
2. Pemeliharaan
Secara Intensif
Pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dipelihara
secara terus menerus di dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang
mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan
dan minum. Aktivitas lain seperti memandikan sapi juga dilakukan serta sanitasi
dalam kandang.
3.Pemeliharaan Secara
Semi Intensif
Pemeliharaan sapi secara
semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara pemeliharaan secara ekstensif.
Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi intensif ini harus ada kandang dan
tempat penggembalaan dimana sapi digembalakan pada siang hari dan dikandangkan
pada malam hari.
B. Sistem Perkandangan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk
ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada
kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua
jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Ada pun syarat
Kandang yaitu bahan kandang dari kayu/ bambu serta kuat. Letak kandang terpisah
dari rumah dan jaraknya cukup jauh. Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan, dan
harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Ventilasi udara dalam kandang
harus baik. Drainase di dalam dan luar kandang harus baik (Sugeng,
2006).
Lokasi
yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari
pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah
dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat
menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya
dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang beranak ( Induk dan Anak )
Kandangberanakataukandangmenyusuiadalahkandanguntukpemeliharaankhususindukataucaloninduk
yang telah bunting tua (7-8 bulan) sampai menyapih pedetnya, dengan tujuan
menjaga keselamatan dan keberlangsungan hidup pedet. kenyamanan dan keleluasaan
bagi induk dan pedet selama menyusui. Kandang beranak termasuk individu yang
dilengkapi dengan palungan pada bagian depan, dan selokan pada bagian
dibelakang ternak, serta di belakang kandang dilengkapi dengan halaman
pelumbaran. Lantai kandang selalu bersih, kering dan tidak licin. Kontruksi
pagar pelumbaran adalah lebih rapat yang menjamin pedet tidak keluar kandang.
Luas kandang beranak mempunyai ukuran 3 X 3 meter termasukpalungandidalamnya (Sugeng,2006).
Kandang
individu (Kandang Tunggal)
Kandang individu atau
kandang tunggal, merupakan model kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian
depan ternak merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum), sedangkan
bagian belakang adalah selokan pembuangan kotoran. Sekat pemisah pada kandang
tipe ini lebih diutamakan pada bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian
badan ternak atau mulai palungan sampai batas pinggul ternak Tinggi sekat
pemisah sekat sekitar 1 m atau setinggi badan sapi. Sapi di kandang individu
diikat dengan tali tampar pada lantai depan guna menghindari perkelahian
sesamanya Luas kandang individu disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi yaitu
sekitar panjang 2,5 meter dan lebar 1,5 meter (Sugeng, 2006).
Kandang Kelompok
Kadang koloni atau
kandang komunal merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan
beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat.Penggunaan tenaga kerja untuk
kandang koloni lebih efisien dibanding kandang model individu, karena pekerjaan
rutin harian adalah membersihkan tempat pakan, minum dan memberikan pakan.
Dalam hal ini satu orang tenaga kandang mampu menangani sekitar 50 ekor
sedangkan untuk kandang individu sekitar 15 – 20 ekor.
Kandang penggemukan
Kandangpenggemukanuntukpemeliharaansapijantandewasabeberapa
bulan sampai mencapai bobot tertentu. Lama pemeliharaanternakpadakandang
penggemukan berkisar antara 4 – 12 bulan, tergantung pada kondisi awal ternak
(umur dan bobot badan) dan ransum yang diberikan. Tipe kandang untuk
penggemukan ternak jantan dewasa adalah tipe kandang individu, untuk
menghindari perkelahian sesamanya Beberapa model kandang penggemukan dengan
system kereman dibuat lebih tertutup rapat dan sedikit gerak untuk mengurangi
kehilangan energi dan mempercepat proses penggemukan (Sugeng,2006).
Kandang pejantan
Kandang
pejantan untuk pemeliharan sapi jantan yang kusus digunakan sebagai pemacek.
Tipe kandang pejantan adalah individu yang dilengkapi dengan palungan (sisi
depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi belakang (Kontruksi kandang
pejantan harus kuat serta mampu menahan benturan dan dorongan serta memberikan
kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak. Luas kandang pejantan adalah panjang
(sisi samping) sebesar 270 cm dan lebar (sisi depan) sebesar 200 cm ( Firman,
2010).
Dalam
pembangunan kandang atau perkandangan diperlukan perencanaan yang seksama.
Perencanaan tersebut perlu dipertimbangkan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi dari sebuah bangunan perkandangan. Kandang yang memiliki persyaratan
akan membuat usaha ternak semakin baik. Karena dengan semakin baiknya
persyaratan kandang, ternak yang dipelihara akan semakin sehat (Purbowati &
Rianto, 2009)
Konstruksi
kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah
satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada
tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya
adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar
lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu
gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh
tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih.
Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh
kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal
10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang (Bappenas,
2013).
Sebelum
membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara.
Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan
untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi
cukup 1,5×1 m (Bappenas, 2013).
Termasuk
dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat
di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih
tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat
air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi
dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak
tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu,
sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut
adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit
sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi (Bappenas,
2013).
C.
Sistem
Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan pada sapi potong
yang paling sederhana adalah dengan cara penggembalaan, Metode ini
dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, biasanya dilakukan di
daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu
sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum
tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput
(Anonim, 2012).
Menurut Admin (2011),
sistem pemberian pakan pada sapi potong dapat dilakukan sebagai berikut :
- Pemberian
pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari (pagi, siang, sore).
- Air
minum harus tersedia dan diganti setiap hari
- Pemberian
konsentrat dapat diberikan secara kering ataupun basah (comboran)
- Pada
usaha sapi penggemukkan (fattening), pemberian pakan adalah 2,5% - 3%
berat badan (BK basis). Imbangan rumput: konsentrat = 20% : 80% atau 30% :
70%.
- Pada tahap adaptasi pakan
sapi penggemukkan (fattening), konsentrat diberikan
secara bertahap:
- 3
hari pertama : 20% konsentrat : 80% hijauan
- Hari
ke-4 hingga ke-7 : 40% konsentrat : 60% hijauan
- Hari
ke 8 hingga hari ke 14 : 60% konsentrat : 40% hijauan
- Setelah
hari ke 14 : 80% konsentrat : 20% hijauan
- Pemberian
rumput kalau masih basah sebaiknya diangin-anginkan dahulu,
dipotong-potong (chopper) kurang lebih 10 cm, pemberian rumput setelah
konsentrat
Sapi
potong dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap
hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga
pakan tambahan 1% – 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus
atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara
dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral
sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran
dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dalam dunia peternakan dikenal
dengan istilah ransum.
Pemberian
pakan sapi potong yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan
keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro (Anonima, 2012).
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro (Anonima, 2012).
D. Teknik Pencampuran Pakan
Pemberian
pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture
fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan
kedua (Anonimc, 2010) :
- Pakan
dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang
dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan
diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan
pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan
1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul,
bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan
dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai
penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan
jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
- Pemberian
pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman.
Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu
hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah
rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya.
Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king
grass), daun turi, daun lamtoro.
Menurut
Kusharjanta dkk (2004), pencampuran pakan kering juga sudah dapat dilakukan
dengan menggunakan mesin pemcampur dengan posisi tong miring, hasil program
vucer 2004. Namun, proses pencampuran pakan biasanya masih dilakukan secara
manual. Oleh karena itu, rekayasa mesin pencampur pakan basah menjadi penting
untuk dilakukan.
Pakan
dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah
kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat
lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat
badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa
dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan
dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah
mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk
campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah
ransum.
E.
Sistem
Penggembalaan
Padang
penggembalaan merupakan sumber penyediaan hijauan yang lebih ekonomi dari
murah. Padang penggembalaan merupakan tanaman hijauan secara langsung dan bisa
dimakan oleh hewan. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput
seluruhnya atau leguminose saja, ataupun campuran. Tetapi suatu padang rumput
yang baik dan ekonomis ialah yang terdiri atascampuranrumputdanleguminose
(Anonimd, 2010)
Sapi-sapi
dara atau dewasa atau yang digemukkan ataupun sapi perah biasanya merumput di
padang penggembalaan selama musim penghujan, pada saat tanaman tumbuh baik. Dan
hanya kualitas pangonan yang baiklah yang mampu memperbaiki produksi serta mutu
terhadap sapi potong ataupun sapi perah dan pekerja, sehingga sapi-sapi
tersebut akan menghasikan daging, susu ayng tinggi serta tenaga kerja yang
tangguh.
Penggembalaan dilakukan
dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah
yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar
5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan
penguat karena sapi telahmemakanbermacam-macamjenisrumput(Anonimd,
2010).
Sistim Penggembalaan pastura yang intensif
Sistim Penggembalaan pastura yang intensif ditandai
dengan penggantian rumput alam dengan tanaman pakan unggul dan penggunaan pupuk
untuk mengatasi kekurangan mineral terhadap pertumbuhan pastura. Ternak yang
dipelihara adalah yang mempunyai respon yang tinggi terhadap perbaikan kualitas
pakan. Intervensi diarahkan untuk menjaga ketersediaan pakan, baik dalam jumlah
maupun kualitasnya (Sudirman, 2013)
Sistimpastura yang
sudah diperbaiki (semi intensif)
Kebanyakan
pastura yang sudah diperbaiki di daerah tropis adalah lahan-lahan yang
sebelumnya berupa hutan atau semak-semak yang terletak di daerah lembab dan
sub-lembab. Rumput-rumput tersebut ditanam terutama pada tanah-tanah hutan
dengan kesuburan tanah yang bervariasi tetapi produktivitasnya lama kelamaan
menurun pada tanah oksisol dan ultisol yang tidak subur. Keseimbangan antara
spesies yang sudah diperbaiki dan rumput alam dipengaruhi
oleh vegetasi asal. Penggantian
hutan yang rapat membutuhkan introduksi spesies yang baru sedangkan pada
kondisi lahan dengan pohon yang jarang, tingkat ketergantungan pada spesies
introduksi lebih kurang (Sudirman, 2013).
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
PraktikumPemeliharaanIlmuTernakPotongdilaksanakanpadaharisenin, 1 –3 April 2013 pukul 07.00 sampai 07.40 WITA
yang kemudian dilanjutkan pada pukul 16.00 sampai selesai. Bertempat di Laboratorium
Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
PraktikumPenggembalaanIlmuTernakPotongdilaksanakanpadahariMinggu, 7 April 2013
pukul 10.00 sampai 17.00 WITA. Bertempat di padang penggembalaan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
B.
Materi Praktikum
Bahan yang
digunakandalampratikumilmuternakpotongpemeliharaanadalah 40 ekorternaksapi,
bahanpakandan air
Alat
yang digunakandalampratikumilmuternakpotongpemeliharaanadalahtimbangan,
gerobak, skop, sapu, ember, parangdansepatu bots
C.
Metode Praktikum
a. sanitasi
kandang
Pembersihan
atau sanitasi kandang dilakukan selama 3 hari ditambah 1 hari penggembalaan.
Dimana dalam tiga hari kandang dibersihkan dari kotoran yang umumnya sisa bahan
bahan pakanyang bercampur dengan kotoran sapi sendiri, selokan, palungan
(tempat makan dan tempat air minum), gang tengah dan lantai.
b. Pencampuranpakan
Pencampuran pakan dilakukan
satu kali dalam satu minggu. Komposisi pakan konsentrat.
1. Dedak 240Kg
2. Bungkilkelapa 12 Kg
3. Feed
suplement 4 Kg
c. Pemberianpakan
Pemberian
pakan yaitu berupa hijauan dan konsentrat (makanan tambahan) sebanyak 5 ember
pada pagi hari sedangkan pemberian air minum dengan cara ad libitum (tidak
terbatas). Digembalakan pada sore hari dan dikandangkan pada malam hari.
d. Penggembalaan
Penggembalaan
yaitu pelepasan ternak di alam bebas atau di padang penggembalaan pada siang
sampai sore hari. Ternakdapatmengkomsumsipakanyang palatabel di dalam padang tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.KeadaanKhususTernakPotong
Berdasarkanhasilpraktikumdiketahuibahwakeadaankhususternakpotong
di FakultasPeternakan,UniversitasHasanuddinyaitumempunyaijumlahsapipotongsebanyak
40ekor yang
berasaldarihasilperkawinanalamimaupuninsimiasibuatan.Sapitersebutterkadangmengalamikekuranganpakansebabwaktupemberianpakandibatasiyaitupagidan
sore sehinggamempunyaiberatbadan yang minim.
B.
Pemeliharaan,PerkandangandanPerkawinan
Berdasarkanhasilpraktikumdiketahuibahwakeadaankhususternakpotong
di
FakultasPeternakan,UniversitasHasanuddindapatdiketahuibahwatatalaksanapemeliharaansapi
di kandangtersebutyaitubagaimanapenangananternakhalitusesuaidenganpernyataanSantoso
(2007) mengemukkan bahwatatalaksanapemeliharaanternaksapimeliputi;
1.
Pemilihandanpenilaianternaksapi
2. Penagananternaksapi
3. Penandaanternaksapi
4. Pendugaandanpengukuranternaksapi
5. Tehnikpraktisdalampemeliharaanternaksapi
6. Tata
laksanapakan
7. Penilaiansertapenaganankarkas
8. Peralatandanperlengkapanpemeliharaanternaksapi
9.
Perlengkapanpenyedianpakan
Dari hasil praktikum pemeliharaan
ternak potong di ketahui bahwa kandang yang digunakan oleh Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin yaitu jeniskandang individu dan kandang kelompok.Dimana
Kandang individu menerapakan prinsip satu ternak satu kandang. Pada bagian
depan ternak merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum), sedangkan
bagian belakang adalah selokan pembuangan kotoran. Hal inisesuadenganpendapatSugeng
(2006) yamgmenyatakanbahwa, Kandang individu atau kandang tunggal, merupakan
model kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan
tempat palungan (tempatpakandan air minum),
sedangkanbagianbelakangadalahselokanpembuangankotoran.
Kandang
kelompok yang terlihat adalah dimana dalam satu kandang terdapat beberapa
sapi/tidak tunggal. Ternak di dalam kandang dibiarkan secara bebas tanpa
diikat. Tampat makan kandang tersebut tedapat di depan dan tempat pembuangan
kaotoran atau urin terdapat di belakang. Hali ninsesuaidenganSugeng (2006) yang
mengatakan bahwa Kadang koloni atau kandang komunal merupakan model kandang
dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas
tanpa diikat.Penggunaan tenaga kerja untuk kandang koloni lebih efisien
dibanding kandang model individu, karena pekerjaan rutin harian adalah
membersihkan tempat pakan, minum dan memberikan pakan. Dalam hal ini satu orang
tenaga kandang mampu menangani sekitar 50 ekor sedangkan untuk kandang individu
sekitar 15 – 20 ekor.
Kandang
ternak sapi potong Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin baik kandang
individu maupun kelompaok telah memenuhi syarat pendirian kandang karena,
terbuat dari kayu dan besi yang kuat. Lantai terbuat dari cor/semen yang padat
dan lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya. Letak kandang terpisah cukup jauh
dari pemukiman serta memiliki ventilasi udara yang cukup banyak. Hali ini
sesuai dengan pendapat Sugeng (2006) bahwa, Syarat
kandang adalah bahan kandang dari kayu/ bambu serta kuat. Letak kandang
terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh. Lantai dari semen/tanah yang
dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Ventilasi
udara dalam kandang harus baik. Drainase di dalam dan luar kandang harus baik.
Berdasarkanhasilpraktikum
di kandangsapipotongfakultaspeternakanyaitupolaperkawinan yang
dilakukanyaitusecaraalamimaupunkawinsuntikatauinsiminasibuatan.Perkawinanpadasapi
potong dapat dilakukan secara alami maupun kawin suntik atau inseminasi buatan
(IB). Perkawinan alami merupakan perkawinan dengan cara mempertemukan pejantan
dan induk secara langsung. Pola perkawinan secara alami ini memiliki empat manajemen
perkawinan, yaitu:
perkawinan model kandang individu, perkawinan modelkandang kelompok/umbaran perkawinan model ranch/paddock, dan, perkawinan model padang penggembalaan.
perkawinan model kandang individu, perkawinan modelkandang kelompok/umbaran perkawinan model ranch/paddock, dan, perkawinan model padang penggembalaan.
Perkawinan
melalui kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) dilakukan dengan cara
memasukkan sperma atau semen yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih
dahulu ke dalam saluran alat kelamin betina dengan metode dan alat khusus.
Teknik IB dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan semen beku (frozen
semen) dan semen cair (chilled semen).
C. Pencampuran Pakan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa metode pencampuran
pakan yang dilakukan yakni pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Minimbang
masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum, yaitu
dedak 240 kg, bungkil kelapa 12 kg dan feed supplement 3 kg. Selanjutnya
mencampur bahan dan melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balikkan pakan
menggunakan sekop. Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah
disiapkan dan simpan dalam gudang pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc
(2010), yang menyatakan bahwa metode pencampuran pakan, pertama-tama menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian menimbang masing-masing bahan ransums esuai dengan
perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya
bahan dicampur dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak
hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu melakukan penghomogenan
dengan cara membolak-balik pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai
homogen. Kemudian setalah ransum tersebut homogen, lalu dimasukkan ke dalam
karung yang telah disiapkan dan menyimpannya di dalam gudang pakan.
D. Pemberian Pakan
Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa pemberian pakan dan minum dilakukan
setiap hari setelah proses sanitasi atau pembersihan kandang. Pemberian pakan
pada pagi hari diberikan konsentrat berupa dedak yang dicapur halus dengan
bungkil kelapa dan suplemenserta air yang telah dicampurkan dengan molasses dan
starbio. Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen
dan sebagai penambah energi. Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan berupa
rumput gajah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009) yang
menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak sapi potong sebaiknya ransum tidak
diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya, melainkan dibagi
menjadi beberapa bagian. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat
tinggi akan mudah terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak dengan mudah
(volatile fatty acid, VFA) yang berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara
pemberian konsentrat yang banyak mengandung protein terdegradasi (rumen
degradable protein, RDP) akan menghasilkan NH3 yang berpotensi
meningkatkan pH rumen. Kondisi peningkatan atau penurunan pH rumen secara
ekstrim akan berbahaya bagi kesehatan ternak, bahkan dapat berakibat fatal,
yaitu terjadinya kematian pada ternak.
E. Penggembalaan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengembalaan dilakukan
pada hari Minggu yaitu pada pukul 10.00 sampai selesai. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengembalakan ternak sapi potong dari kandang ke padang pengembalaan
kemudian dilepas secara bebas untuk memakan rumput. Dimana sapi bebas merumput
di alam. Seperti halnya yang dikemukakan Muhardi (2009), sistem penggembala
biasanya ternak dilepas bebas di padang penggembalaan untuk mencari rumput.
Pakan dikonsumsi secara bebas dan tergantung pada ketersediaan rumput di
lapangan. Pada saat proses mengembalakan
ternak-ternak sapi potong tersebut terdapat beberapa hal yang diamati, yaitu
jumlah populasi, dinamika populasi, tingkah laku merumput dan ruminansi.
Pada
saat proses praktikum, tepatnyapada proses pengembalaantelahdiamatidandihitungjumlahsapiyaitu
41 ekordenganhasilsebagaiberikut :
Pejantan : 11 ekor
Jantan muda : 4 ekor
Pedetjantan : 4ekor
Betina induk : 14 ekor
Betina dara : 7 ekor
Pedet betina : -
Dinamika
populasi dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, pemotongan, dsb. Dari populasi
tersebut di atas, dapat dilihat dinamika populasi yang ada pada ternak-ternak
sapi potong di dalam kandang pada awal proses praktikum jumlah sapi yang
dipelihara adalah sebanyak 40 ekor. Namun, salah seekor induk sapi mengalami
kematian dan pada periode selanjutnya lahir seekor anak sapi jantan sehingga
jumlah sapi yang dipelihara tetap 40 ekor.
Dari praktikum pemeliharaan dan pengembalaan ini juga
dapat diketahui tingkah laku merumput pada ternak sapi-sapi potong yang ada di
kandang peternakan Universitas Hasanuddin. Bila kita simak tingkah laku
merumput sapi-sapi tersebut, maka
terlihat bahwa sapi-sapi tersebut tidak melilit rumput dengan lidahnya dan
kemudian menarik rumput tersebut, akan tetapi memotongnya dengan gigi seri
rahang bawahnya dengan bantalan gusi rahang atasnya. Seperti yang lebih rinci
dijelaskan oleh Agus (2009), hal ini dilakukan sapi-sapi tersebut karena ternak
ini dianugerahi kondisi bibir atasnya yang
terbelah (seolah-olah sumbing) sehingga peluang luka bibir atas karena gesekan
rumput sangat kecil sekali. Tingkah laku merumput demikian menghasilkan tapak
merumput yang rata. Artinya, sisa rumput setelah dirumput oleh ternak tampak
rata. Tingkah laku merumput ternak ini
sangat menunjang pertumbuhan kembali rumput yang lebih merata.
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan
manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Sama
halnya sapi potong sebagai hewan ruminansi yang memiliki sistem pencernaan yang
seperti itu. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, reticulum,
omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan
makanan alamiahnya.
Sapi, misalnya, mempunyai
susunan gigi sebagai berikut:
3
3 0 0
0 0 0
0 Rahang atas
M
P C I
I C P
M Jenis gigi
3
3 0 4
4 0 3
3 Rahang bawah
I (insisivus) = gigi seri; C
(kaninus) = gigi taring; P (premolar) = geraham depan; dan M (molar) = geraham belakang
Berdasarkan
susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi tidak mempunyai gigi seri bagian atas
dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan
manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu
penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
Proses
pencernaan hewan ruminansia dimulai dari makanan yang ditelan akan masuk rumen
yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen
terjadi fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri
dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum
dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih
kasar. Kemudian gumpalan-gumpalan tersebut akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk
dikunyah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali yang akan masuk ke
retikulum kemudian diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur. Makanan tersebut akan diteruskan ke
abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses
pencernaan secara kimiawi oleh enzim.
Menurut
Suryadi (2011), selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa akan
merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di
abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun
dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan
demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada
sapi.
Sekum
pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora.
Hal ini disebabkankarena makanan herbivore bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanannya kecil dan
percernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat
panjang, usus halusnya bisa mencapai 4 meter. Hal ini dipengaruhi oleh
makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa) enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa
menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang
dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
§ Kandang
khusus ternak potong dapat di bedakan menjadi beberapa macam kandang yaitu,
kandang individu, kandang kelompok, kandang pejantang, kandang beranak dan
kandang penggemukan.
§ Pencampuran
pakan yang dilakukan bertujuan untuk membuat kelengkapan gizi dan memberikan
energi yang cukup bagi ternak selama 24 jam.
§ Pemberian
pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi atau pembersihan
kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan konsentrat yaitu pukul 07.00
WITA. Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan
sebagai penambah energi. Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan sebagai
pakan utama yaitu pukul 16.00 WITA.
§ Pengembalaan
dilakukan pada siang hari yaitu pukul 10.00 WITA dengan membawa ternak ke
padang pengembalaan untuk dilepas secara bebas sehingga ternak bisa
mengkonsumsi rumput secara bebas tergantung pada ketersediaan rumput di
lapangan.
§ Jumlah ternak
sapi potong yang dipelihara adalah sebanyak 40 ekor dengan 11 pejantan, 4
jantan muda, 3 jantan pedet, 14 betina induk, 7 betina dara serta presentasi
kelahiran dan kematian 1 : 1.
§ Tingkah
laku merumput sapi-sapi tersebut yaitu dengan memotong rumput dengan gigi seri
rahang bawahnya dengan bantalan gusi rahang atasnya.
§ Proses
pencernaan hewan ruminansia seperti sapi potong ini adalah proses pencernaan
yang terjadi dua kali yaitu dimulai dari makanan yang ditelan akan masuk rumen
yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan dan akan
keluar kembali untuk diproses hingga akhirnya dicerna dua kali.
Saran
Laboratorium
sebaiknya dijaga kebersihannya, agar sedap dipandang mata dan nyaman saat
melakukan praktek kemudian ternak-ternak sapi bali tersebut sebaiknya dijaga
pula kebersihannya baik dari lumpur maupun dari lalat dan caplak yang
menggerogoti tubuhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, 2009, Pengembalaan,http://www.duniasapi.com/id/berita/3147-semangaupadang-penggembalaan-sapi-pertama-di-kalbar.html,
diaksespadatanggal
27 Maret 2013
Anonima, 2012, PemberianPakan, http://pemberian-pakan-ternak
–sapi.html. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Anonimb, 2012, Sistem Perkandangan, http:/
/sistem-perkandangan-ternak-sapi-potong.html, diakses pada tanggal, 27 Maret
2013
Anonimc, 2010, SistemPemeliharaan Ternaks Sapi Potong, http://info.peternakan/sistem-pemeliharaan-sapi-potong.html,
diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Anonimd, 2010, BudidayaSapi Potong,
http://budidaya-sapi-potong.html, diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Admin, 2011, Sistem Pemberian Pakan Pada Sapi Potong, http://adminator-sistem
–pemberian-pakan-ternak.html. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Bappenas, 2013, Sistem Pemeliharaan Sapi Potong, http;//ipteks/bappenas/11/sistempemeliharaansapipotong.html.
diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Firman, 2010, Kandang Khusus Pejantan Sapi Potong, http://firman_2011/peternakan.
diakses pada tanggal, 27 Maret 2013
Kusharjanta
dkk (2004), Pencampuran Pakan, http://Pencamputran-pakan.html. diakses
pada tanggal, 27 Maret 2013
Muhardi.
2009. Peremajaan Padang Penggembalaan.
http://marhadinutrisi06.blogspot.com.Diakses
pada 2 Oktober 2012
Rianto
dan Purbowati (2009), Pemberian Pakan, http://pemberian-pakan-ideal.html.diakses
pada tanggal, 27 Maret 2013
Sudirman. B, 2013, Penuntun Praktikum Ilmu Ternak Potong dan
Kerja, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar
Sugeng, 2006, Sistem
Perkandangan Ternak Sapi Potong, http://sistem
perkandangan-sapi-potong-catatan-anak-peternakan.sugeng.blokspot.com, diakses
pada tanggal, 27 Maret 2013
Suryadi 2011, Tatacara Pemberian Pakan, http://tatacarapemberian-pakan
.peternakanindonesia.suryadi.blogspot.com. diakses pada tanggal, 27 Maret 2013