dengan Sistem Pemeliharaan Berbeda
Muhammad Faisal
Saade
Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245
Faisalsaade@ymail.com
Abstrak
Peluang
investasi agribisnis ayam broiler memiliki prospek yang cukup cerah untuk masa
yang akan datang. Dikarenakan produktivitas daginya yang cuku tinggi. Kebanyakan
peternak memlihara ayam ras pedaging dengan pola mandiri dengan kemitraan.
Dimana Pola Mandiri menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri baik
biaya investasi (kandang dan peralatan) maupun biaya operasional (bibit,pakan,
obat dan vaksin) dan bebas memasarkan produknya (Yunus,2009). Sedangkan pola
kemitraan adalah kerja sama antara perusahaan dan peternak yang akan mengelola
usaha ternak. Pola pemeliharaan
ini memiliki perbedaan jika ditinjau dari segi manajemennya seperti pemberian
jenis dan bentuk pakan, strain ayam yang digunakan, dan waktu pemberian pakan. Tujuan
dari praktikum Manajemen Ternak Unggas dilakukan untuk mengetahui bagaimana
atau adakah perbedaan antara kedua pemeliharaan tersebut dan bagaimana
produktivitasnya apakah sama ataupun berbeda. Dengan
metode pratikum dilakukan selama 35 hari dengan penyediaan strain ayam Cobb
CP 707 Lohmann MB 202 P melalui perkandangan
brooding house. Ditemukan bahwa dari kedua pola tersebut, produktivitas ayam
pedaging yang dipelihara dengan system kemitraan lebih baik dibandingkan dengan
sitem mandiri karena berat badan akhir ,konversi pakan, mortalitas, IP dan
Income Over Feed and Chick Cost lebih baik.
Kata
kunci : ayam pedaging, produktifitas,
pola pemeliharaan, kemitraan, mandiri
PENDAHULUAN
Ayam broiler
merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang
memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam
Ahmad (2006). Ayam broiler populer di Indonesia sejak tahun 1980-an. Hingga
kini ayam broiler telah dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai
kelebihannya. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan.
Firdaus (2004)
Di dalam
pemeliharaan broiler terdapat dua pola yang dapat digunakan yaitu pola mandiri
dan pola kemitraan. Pola mandiri merupakan sistem pemeliharaan yang dikelola
secara mandiri dan keuntungannya pun cukup besar sebab yang menentukan harga penjualannya
adalah perusahaan itu sendiri Ahmad (2006). Namun pola mandiri relatif
memiliki resiko yang cukup besar dibandingkan pola kemitraan jika terjadi
masalah berupa penyakit ataupun hal lainnya yang dapat merugikan peternak itu
sendiri. Sedangkan pola kemitraan merupakan kerja sama antara perusahaan dan
peternak yang akan mengelola usaha ternak. Pada pola kemitraan, peternak
hanya mengeluarkan biaya yang cukup ringan sebab ada mitra yang menjadi donator
bagi usaha peternakannya. Tetapi pola kemitraan juga memiliki kekurangan
yaitu peternak hanya mendapatkan setengah atau seperempat dari hasil penjualan
ternak yang dikelolanya Bricket (2007).
Manajemen
pemilharaan yang dilakukan adalah dalam kandang tertutup atau clos hause dengan
alas litter. Tujuan dilakukannya praktikum Manajemen Ternak Unggas ini adalah
mengetahui kelembagaan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan, dan
membandingkan tingkat keuntungan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan
dan pola mandiri.
MATERI DAN METODE
Sebagai
model percobaan, dilakukan kajian terhadap sistem pemeliharaan yang dilakukan pada unit
pemeliharaan ayam pedaging laboratorium ternak ungags fakultas peternakan
universitas hasanuddin. Terdapat dua macam system pemeliharaan yang dianalisis
yaitu pola mandiri, dan pola kemitraan dengan spesifikasi teknis manajemen pada
tabel 1.
Parameter
produktifitas ayam pedaging yang dianalisis antara lain : konsumsi pakan, berat
badan akhir, konversi pakan, mortalitas, dan Income Over Feed and Chick Cost (IOFC).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pengamatan produktifitas ayam pedaging yang dipelihara dengan system
pemeliharaan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1.
Produktivitas ayam pedaging yang dipelihara dengan system pemeliharaan berbeda
Parameter
|
Mandiri
|
Kemitraan
|
Lama Pemeliharaan
Konsumsi Pakan (g/e)
Berat Badan Akhir (g)
Konversi Pakan
Mortalitas (%)
Income Over Feed And Chick Cost (Rp/e)
IP (Indeks Broiler)
|
35
Hari
3100
1950
1.589
5
4900
313
|
35,13
Hari
3417
2200
1.550
3
4200
359
|
Pada tabel
1 terlihat jelas bahwa adanya perbedaan antara kemitraan dan mandiri dari
berbagai aspek. Hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui yang mana perlu dijadikan acuan pola pemeliharaan antara
mandiri atau kemitraan dengan lama pemeliharaan yang sama sebab waktu optimal
perkembangan ayam pedaging yaitu 35
hari. Dan juga sebagai acuan pemeliharan dengan pola kemitraan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rani Hastuti (2002), yang menyatakan bahwa Waktu
pemeliharaan sampai panen ayam broiler adalah 4-5 minggu.waktu inilah yang paling baik untuk memanen ayam
pedaging Laju pertumbuhan ayam broiler dapat diatur dengan pencahayaan dan
program jadwal pemberian pakan yang baik. Hal ini juga di dukung oleh pendapat
Fijana (2012) yang menyatakan bahwa umunmya pada kemitraan ayam broiler di
panen pada umur 4 Minggu
Pada
komsumsi pakan dapat dilihat dengan jelas bahwa bahwa pada pola pemeliharaan
mandiri komsumsi pakan yaitu 3100 g/ hari sedangkan pada kemitraan 3417 g/ hari
. hal ini dapat terjadi di karenakan populasi yang banyak, kemudian pada
kemitraan umumnya pemberian pakan secara ad libitum, sehingga sering terjadi
pada populasi tidak meratanya pertumbuhan pada ayam broiler karena adanya ayam
yang dominan pada suatu populasi, akan tetapi hal ini masi wajar dikarenakan komsumsi
pakan dari ayam tersebut masi sesuai dengan standar NRC. Hal ini sesuai degan pendapat Wahyu ( 2007) yang
menyatakan bahwa standar konsumsi pakan menurut NRC (National Research Countil)sebanyak
3000gram/ekor per minggu selama pertumbuhan 0-6 minggu. Hal ini juga didukung
oleh Layli (2007) bahwa dalam satu Minggu pemeliharaan ayam broiler komsumsinya
dapat mencapai 3500g pakan
Pada bagian berat badan akhir dapat
dihubungkan dengan efisienya ayam
tersebut menkomsumsi pakan yang dapat
dilihat dari konversi pakan yang dimiliki, dari pola kemitraan dan pola
mandiri, yang di ketahui bahwa yang lebih baik konversi dan efesiensi pakanya
terhadap berat badan akhir adalah pola kemitraan dengan konversi pakan 1550g
degan berat badan akhir adlah 2200g hal ini sesuai dengan pendapat AAK (1986) menyatakan konversi pakan
yaitu perbandingan jaminan yang harus dikonsumsi dengan bobot badan yang
dicapai selama waktu tertentu. Dengan demikian dapat diketahui beberapa
banyak pakan yang akan dibutuhkan untuk menghasilkan bobot badan tertentu. Selajutnya
pola kemitraan mempunyai berat badan akhir yang lebih tinggi di karenakan
jumlah dan tata cara pemberian pakan
yang telah di atur sesuai dengan strain dari setiap ayam di peroleh sesuai
dengan genetiknya, pada pemeliharaan mandiri dan mitra strain ayam berbeda, hal
ini sesuai dengan pendapat Hastuti (2002) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
berat badan bukan hanya dipengaruhi oleh konsumsi pakannya tetapi juga
interaksi antara potensi genetik dan lingkungannya.Selanjutnya dari segi
konversi pakannya merupakan bagian terpenting yang harus selalu diamati baik
pola kemitraan maupun mandiri
Pada
konversi pakan pola pemeliharaan secara kemitraan lebih tinggi dari pada pola
mandiri hal ini dapat disebabkan pada pemeliharaan kemitraan pakan yang
diberikan sudah dalam bentuk siap untuk untuk dijadikan pakan seperti butiran
dan pellet yang bisa dimakan seluruh dengan kandungan nutrisinya oleh ayam
tampa di pilih – pilih oleh ayam, bedah halnya pada mandiri pakan yang
diberikan berupa campuran pakan sehingga ayam bisa memilih – milih antara
butiran atau tepung yang tercapur sehingga koversi pakan tidak maksimal hal ini
sesuai dengan pendapat Yunus ( 2009 ) bahwa pada ayam pedaging pemberian pakan
yang diberikan dengan butiran pada masa stater dan pellet ada finisher akan
lebih maksimal komsumsinya apabila dibandingkan pakan yang dicampur tersendiri
oleh peternak. Hal ini juga didukung oelh pendapat Nova (2005) pakan dalam
bentuk butiran atau pellet lebih disukai oleh ternak pada usia 1 sampai 3
Minggu
Kemudian
pada tingkat mortalitas di ketahui dari tabel dua bahwa pada pola mandiri
mortalitas lebih tinggi yaitu 5 % sedangkan kemitraan yaitu 3%, hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai factor antara lain adalah pada pola pemeliharaan yang
kurang pada manajmen starter, dapat pula disbabkan karena system sanitasi yang
kurang terjaga pada pola pemiliharaan mandiri, di karenakan para peternak
kurang menyadari hal tesebut karena mereka bersifat mandiri dan tampa
pengwasan, hal ini sesuai dengan pendapat Sumartini (2004) kurangnya kesadaran
peternak terhadap sanitasi menjadi salah satu penyebab kematian pada ternak
unggas, dan lebih utama lagi adalah ayam broiler sangat rentang terhadap
cekaman panas hal ini sesua dengan pendapat Rasyaf (2008) bahwa perbedaan
pertumbuhan dan tingkat mortalitas
sangat taergantung pada perlakuan peternak, pembibit, atau lembaga yang
membibitkan ayam tersebut, sehingga peternak harus memperhatikan biosecurty,
serta manajmen pemeliharaan
Income Over
Feed and Chick cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya
operasional ternak. Pada pola mandiri secara otomatis harus mengeluarkan biaya
operasional yang cukup banyak sebab peternak menanggun sendiri semua biaya yang
di keluarkan untuk pemilharaan aym broiler, bedah halnya dengan pola kemitraan
peternak hanya menangung kandang dan tenaga kerja sehingga biaya operasinal
yang dikeluarkan lebih sedikit dari pada simtem mandiri. Sedangkan IP pada pola
pemeliharan secara kemitraan lebih tinggi di karenakan pemeliharan dilakukan
secara intensif, serta dengan pengwasan dan pembinaan dari perusahaan mitra,
sehingga IP pada ayam broiler dengan pola kemitaraan dapat lebih tinggi hal ini
sesua dengan pendapat Rasyaf (1995) berpendapat bahwa indeks produksi merupakan
hasil perkalian persentase ayam hidup dan bobot badan rataan dibagi konversi
dan lama pemeliharaan. Indeks produksi dipengaruhi oleh bobot badan, angka
konversi dan pemeliharaan.
Tabel
2. Spesifikasi Teknis Manajemen Pemeliharaan Ayam Pedaging
No.
|
Uraian
|
System pemeliharaan
|
|
Mandiri
|
kemitraan
|
||
1.
|
Strain Ayam
|
Cobb CP 707
|
Lohmann MB 202 P
|
2.
|
Kepadatan kandang
|
8 ekor/m2
|
8 ekor/m2
|
3.
|
Lama brooding
|
10 hari
|
10 hari
|
4.
|
Spesifikasi pakan
|
|
|
|
a.
Pre starter
· Merk dagang
· Bentuk fisik
· Protein kasar (%)
· Energy metabolisme (kkal/kg)
· Lama pemberian
· Produsen
|
-
-
-
-
-
-
-
|
MS40 HG
Butiran (Crumble)
23-24
3000-3100
Umur 1-14 hari
PT. Japfa Comfeed Indonesia
|
|
b.
Starter
· Merk dagang
· Bentuk fisik
· Protein kasar (%)
· Energy metabolisme (kkal/kg)
· Lama pemberian
· Produsen
|
CP 11
Butiran (Crumble)
21-23
3000-3100
Umur 1-14 hari
PT. Charoen Phokphand Indonesia
|
MS42
Butiran (Crumble)
21-23
3000
Umur 15-21 hari
PT. Japfa Comfeed Indonesia
|
|
c.
Finisher
· Merk dagang
· Bentuk fisik
· Protein kasar (%)
· Energy metabolisme (kkal/kg)
· Lama pemberian
· Produsen
|
SBC 12 + jagung
Tepung / mash (33% konsentrat : 67% jagung)
17-18
2800-2900
Umur 15-35 hari
PT. Charoen Phokphand Indonesia
|
MS44
Pellet
19-21
2900-3000
Umur 22-35 hari
PT. Japfa Comfeed Indonesia
|
5.
|
Obat dan Vaksin
|
|
|
|
a.
Vaksin
· Marek
· New Castle Disease (ND)
|
· Umur 1 hari
· Umur 4 hari
· Umur 18 hari
|
·
Umur
1 hari
·
Umur
1 hari (kill + live)
|
Lanjutan Tabel 1. Spesifikasi Teknis Manajemen
Pemeliharaan Ayam Pedaging
No.
|
Uraian
|
System pemeliharaan
|
|
Mandiri
|
Kemitraan
|
||
|
· IBD (Gumboro)
|
· -
|
· Umur 1 hari
|
|
b.
Obat-obatan
· Antibiotic
1.
Oxytetracycline
2.
Amoxycylin
+ Colistin Sulfat
3.
Erythromycin
+ doxycyclin
· Coccidiostat
· Pro dan prebiotik
|
Minggu I dan II
-
-
Feed Aditive
-
|
-
Minggu I
Minggu II
Feed Aditive
-
|
|
c.
Vitamin
dan elektrolit
|
Minggu I dan II
|
Minggu I-V
|
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan
yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam mengembangkan usaha
peternakan ayam broiler terdapat dua pola yang dapat digunakan yaitu pola
kemitraan dan pola mandiri. Pola kemitraan dan pola mandiri merupakan dua pola
yang sangat berbeda namun secara umum pola yang baik adalah pola kemitraan
dengan komsusi pakan yang efesien dengan pertumbuhan berat badan yang maksimal
DAFTAR
PUSTAKA
A.A.K. 1986. Beternak
Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Adiwinarto, G. 2005. Pengaruh
Cekaman Panas Terhadap Performans Dua Strain Ayam Broiler Fase Finisher (21 –
42 Hari). ( Word to PDF Converter - Unregistered ). Staf Pengajar Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian, Magelang.
Ahmad, S. 2006. Strategi Kemitraan Dalam Saluran Distribusi
Untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis.
Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Brickett,
K. E., J. P. Dahiya., H. L. Classen and S. Gomis. 2007. Influence of dietary
nutrient density, feed form, and lighting. J. Poultry Sci 86: 2172-2181
Fijana, M.F, E. Suprijatna,
U. Atmomarsono. 2012. Pengaruh Proporsi Pemberian Pakan Pada Siang
Malam Hari Dan Pencahayaan Pada Malam Hari Terhadap Produksi Karkas Ayam
Broiler. Animal Agriculture
Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 697 – 710
Firahmi,Nordiansyah. 2009. Pola Pembiayaan Ayam Ras
Pedaging. http://firahmi.blogspot.com /2009/10
/pola-pembiayaan-ayam-ras-pedaging.html.
diakses pada desember 2013
Firdaus.
2004. Pola Kemitraan Usaha Peternakan Ayam ras Pedaging pada UD
Faisal Makassar. Skiripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Layli, A. 2007. Tatalaksana
Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain periode starter–finisher di pt. Janu Putro
Sentosa Bogor. Teknologi dan Manajemen Ternak
Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nova,
K. 2005. Pengaruh perbedaan persentase pemberian ransum antara siang dan malam
hari terhadap performans broiler strain CP 707. J. Anim. Prod 10 (2): 117-121
Rani Hastuti. 2002. Evaluasi pola Kemitraan
Plasma inti Pada Pola koperasi Peternakan Unggas Mitra Jaya Periangan Kecematan
Bojongasoan kabupaten Bandung. Skripsi. Fakultas peternakan Institut
pertanian Bogor.
Rasyaf, M. 1995. Beternak ayam ras
pedaging. PT. Gramedia. Jakarta.
Rasyaf, M . 2008. Pengololahan
Usaha Perternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia. Jakarta.
Sumartini. 2004. Kemitraan Agribisnis Serta Pengaruhnya Terhadap
Pernadapatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging (Studi Pada Kemitraan Usaha Ternak
Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bandung. Institut Pertanian Bandung. Bandung.
Yunus, R. 2009. Tesis Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam
Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
Universitas Diponegoro. Semarang